Setelah sejumlah perundingan maraton, Iran dan negara-negara kuat dunia mengambil langkah maju pada bulan Juli dengan mengumumkan dituntaskannya perjanjian yang disebut Rencana Gabungan Aksi Komprehensif.
Kini, dengan persetujuan badan pengawas nuklir PBB, Iran dan negara-negara kuat dunia telah mengambil langkah besar baru yaitu pelaksanaan perjanjian itu.
Tetapi AS mengatakan negara-negara kuat dunia akan terus mengawasi Iran secara ketat.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, "Kami akan memastikan agar momok Iran sebagai negara bersenjata nuklir yang mengancam keamanan Timur Tengah dan perdamaian global, dapat dihapuskan.”
Langkah yang dilakukan Iran, termasuk menghancurkan ribuan sentrifugal dan melumpuhkan reaktor air berat, juga akan membantu membuka dialog dengan AS mengenai isu-isu lain.
Mark Toner, juru bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner, "Setidaknya akan ada perundingan awal dengan Iran mengenai isu-isu seperti Suriah dan proses politik yang terjadi dan bagaimana peran Iran dalam hal itu. Jadi itu merupakan kemajuan penting."
Tetapi sebagian pihak di Amerika mengatakan aksi provokatif Iran, seperti penahanan singkat sejumlah pelaut AS, telah meningkatkan kekhawatiran bahwa AS mungkin mengambil langkah terlalu terburu-buru dengan Iran.
Bakal calon presiden AS dari partai Republik, Donald Trump, mengatakan, "Itu agaknya merupakan indikasi ke mana kita mengarah. Perjanjian dengan Iran adalah perjanjian paling bodoh yang pernah saya lihat."
Tetapi apabila Iran menjalankan rencana itu dalam setahun pertama dengan baik, akan sulit bagi pemimpin AS di masa depan untuk mundur dari perjanjian itu, kata Kelsey Davenport dari Asosiasi Pengendalian Senjata.
“Apabila tidak ada pelanggaran dan pelaksaan perjanjiannya efektif, untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, maka akan lebih sulit bagi presiden Amerika untuk keluar dari perjanjian itu terlepas dari partai politiknya," tambah Davenport.
Davenport mengatakan perjanjian itu akan memungkinkan Iran menggunakan aset-aset senilai hampir 50 miliar dolar yang sebelumnya dibekukan oleh sanksi-sanksi yang dilancarkan Amerika.
Tetapi terkait dengan bisnis Iran dengan AS, dampak pelonggaran sanksi-sanksi nuklir itu akan terbatas, kata Barbara Slavin dari Atlantic Council, yang berbicara melalui SKYPE.
"Rencana Aksi Gabungan Komprehensif memberikan beberapa pengecualian bagi perusahaan-perusahaan AS. Boeing bisa menjual pesawat sipil kepada Iran, misalnya, tetapi selain pangan, obat-obatan dan perangkat medis, sebagian besar perdagangan AS dengan Iran akan tetap dilarang," kata Slavin.
Dia mengatakan negara-negara yang kemungkinan mendapat manfaat paling besar dari pelaksanaan perjanjian nuklir itu adalahnegara-negara yang telahmengadkan hubungan perdagangan ekstensif dengan Iran di masa lampau, seperti China dan negara-negara Asia lainnya, dan Rusia. [vm/is]