Puluhan ribu orang berkumpul di Washington Sabtu (24/8) untuk memperingati pidato bersejarah mengenai hak-hak sipil, “I Have a Dream”, yang disampaikan Pendeta Martin Luther King, Jr setengah abad silam.
Pada 1963, warga kulit hitam Amerika berjuang keras mengatasi diskriminasi ras, yang melarang warga kulit hitam memberikan suara dalam pemilihan di beberapa negara bagian Amerika, menghalangi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, dan membuat banyak lainnya terjerumus dalam kemiskinan.
Pidato King menyoroti gerakan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh 250.000 orang, yang menunjukkan kekuatan politik yang semakin besar yang akhirnya menciptakan undang-undang baru yang melindungi hak-hak sipil bagi warga kulit hitam dan lain-lainnya.
Lima puluh tahun kemudian para pembicara dalam pawai itu bicara tentang masalah yang belum diselesaikan.
Anggota Kongres John Lewin, satu-satunya pembicara pawai tahun 1963 yang masih hidup, mengecam keputusan Mahkamah Agung baru-baru ini yang secara efektif menghapus ketentuan anti-diskriminasi dalam “Voting Rights Act”.
Sementara itu Joseph Lowery, yang bersama Martin Luther King Jr, mendirikan “Southern Christian Leadership Conference, mendesak warga untuk melanjutkan gagasan-gagasan King.
Jaksa Agung Amerika Eric Holder mengatakan kepada peserta peringatan bahwa para perintis hak sipil memungkinkannya menjadi warga Amerika kulit hitam pertama yang memimpin Departemen Kehakiman.
Dia juga mengatakan masih banyak tugas yang harus diselesaikan untuk melindungi hak pilih bagi warga kulit hitam dan hak-hak sipil yang sepenuhnya bagi kelompok-kelompok lain, seperti orang-orang hispanik dan gay.
Aktivis hak sipil Pendeta Jesse Jackson mengatakan, 50 tahun setelah pidato King, “kita sudah bebas, tetapi tidak sama,” dan ia mendesak para pendengarnya agar tetap bercita-cita, tetap berkeyakinan, dan tetap menghidupkan harapan.
Berbicara kepada kelompok yang sama, pemimpin hak sipil Julian Bond mengeluh bahwa indikator ekonomi menunjukkan orang kulit hitam masih jauh tertinggal di belakang orang kulit putih. Ia mengecam keputusan Mahkamah Agung Amerika baru-baru ini yang katanya merusak hak untuk memberikan suara yang telah “kita perjuangkan dengan korban jiwa”.
Pada peringatan 28 Agustus nanti, Presiden Barack Obama akan berbicara dari tangga Lincoln Memorial dimana Martin Luther King Jr menyampaikan pidato bersejarahnya. Presiden Obama akan ditemani mantan presiden Bill Clinton dan Jimmy Carter.
Pada 1963, warga kulit hitam Amerika berjuang keras mengatasi diskriminasi ras, yang melarang warga kulit hitam memberikan suara dalam pemilihan di beberapa negara bagian Amerika, menghalangi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, dan membuat banyak lainnya terjerumus dalam kemiskinan.
Pidato King menyoroti gerakan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh 250.000 orang, yang menunjukkan kekuatan politik yang semakin besar yang akhirnya menciptakan undang-undang baru yang melindungi hak-hak sipil bagi warga kulit hitam dan lain-lainnya.
Lima puluh tahun kemudian para pembicara dalam pawai itu bicara tentang masalah yang belum diselesaikan.
Anggota Kongres John Lewin, satu-satunya pembicara pawai tahun 1963 yang masih hidup, mengecam keputusan Mahkamah Agung baru-baru ini yang secara efektif menghapus ketentuan anti-diskriminasi dalam “Voting Rights Act”.
Sementara itu Joseph Lowery, yang bersama Martin Luther King Jr, mendirikan “Southern Christian Leadership Conference, mendesak warga untuk melanjutkan gagasan-gagasan King.
Jaksa Agung Amerika Eric Holder mengatakan kepada peserta peringatan bahwa para perintis hak sipil memungkinkannya menjadi warga Amerika kulit hitam pertama yang memimpin Departemen Kehakiman.
Dia juga mengatakan masih banyak tugas yang harus diselesaikan untuk melindungi hak pilih bagi warga kulit hitam dan hak-hak sipil yang sepenuhnya bagi kelompok-kelompok lain, seperti orang-orang hispanik dan gay.
Aktivis hak sipil Pendeta Jesse Jackson mengatakan, 50 tahun setelah pidato King, “kita sudah bebas, tetapi tidak sama,” dan ia mendesak para pendengarnya agar tetap bercita-cita, tetap berkeyakinan, dan tetap menghidupkan harapan.
Berbicara kepada kelompok yang sama, pemimpin hak sipil Julian Bond mengeluh bahwa indikator ekonomi menunjukkan orang kulit hitam masih jauh tertinggal di belakang orang kulit putih. Ia mengecam keputusan Mahkamah Agung Amerika baru-baru ini yang katanya merusak hak untuk memberikan suara yang telah “kita perjuangkan dengan korban jiwa”.
Pada peringatan 28 Agustus nanti, Presiden Barack Obama akan berbicara dari tangga Lincoln Memorial dimana Martin Luther King Jr menyampaikan pidato bersejarahnya. Presiden Obama akan ditemani mantan presiden Bill Clinton dan Jimmy Carter.