Jauh dari kemungkinan surut, salah satu organisasi teroris jihadis paling ditakuti di dunia mungkin berpotensi bangkit kembali karena sekutu yang tidak diduga sebelumnya.
Hampir dua dekade setelah AS pertama kali menarget pemimpin al-Qaida di Afghanistan karena melancarkan serangan 11 September 2001 terhadap World Trade Center di New York dan Pentagon, kelompok teror ini menetapkan pangkalan induk baru, yang mungkin terlindung dari kekuatan militer AS, kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo hari Selasa.
Dalam pidatonya di National Press Club di Washington, Pompeo mengingatkan bahwa Al-Qaida memiliki pangkalan induk baru, yakni Iran. “Teheran telah mengizinkan al-Qaida untuk menggalang dana, berkomunikasi bebas dengan para anggota al-Qaida di seluruh dunia, dan melakukan berbagai fungsi lain yang sebelumnya diarahkan dari Afghanistan atau Pakistan,” ujar Pompeo. Akibat bantuan ini, al-Qaida memusatkan kepemimpinannya di dalam Teheran, lanjut Pompeo seraya menyebut Iran sebagai “markas operasional” baru kelompok itu.
Peringatan dari menteri luar negeri AS ini, pada hari-hari terakhir masa jabatan presiden Donald Trump, mengembalikan fokus pemerintah AS ke Iran, yang kerap dikritik pada awal dan setelah Trump dilantik. Tetapi ini juga mewakili pergeseran mengejutkan dari penilaian mengenai al-Qaida yang disampaikan para pejabat tinggi pemerintah AS dalam beberapa bulan ini.
“Saya pikir al-Qaida hampir menyerah, tidak diragukan,” kata Koordinator Kontraterorisme di Departemen Luar Negeri AS Nathan Sales dalam sebuah forum virtual November lalu. “Ada perasaan di mana pertanyaan mengenai siapa yang memimpin masalah-masalah inti al-Qaida sedikit berkurang sekarang ini daripada satu dekade silam, dan jelas dua dekade silam,” kata Sales, seraya menyebut pemimpin kelompok tersebut “benar-benar merupakan sisa-sisa al-Qaida sebelumnya.”
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien sama optimistisnya, dengan mengatakan sehari sebelumnya bahwa al-Qaida tidak mampu mengarahkan serangan besar yang rumit terhadap AS karena tekanan yang terus dilakukan AS terhadap mereka.
Namun dalam pidatonya hari Selasa (12/1), Pompeo berpendapat bahwa justru karena pemimpin al-Qaida dan perlindungan yang diperolehnya di Iran, kelompok inti ini menjadi semakin berbahaya.
“Sejak 2015, Iran juga telah memberi para pemimpin al-Qaida kebebasan bergerak yang lebih besar di dalam Iran di bawah pengawasan mereka,” kata Pompeo, seraya menambahkan bahwa Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran serta Garda Revolusi Iran telah memberi perlindungan dan dukungan logistik, seperti dokumen perjalanan, kartu identitas, paspor, yang memungkinkan al-Qaida beraktivitas. [uh/ab]