Gedung Putih, pada Rabu (6/12), menyatakan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antara Venezuela dan Guyana terkait sengketa wilayah perbatasan yang kaya minyak, dengan mengatakan AS ingin kedua negara menghindari “kekerasan” atau “konflik.”
“Ini memprihatinkan, kami mengamati hal ini dengan sangat, sangat, sangat cermat,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, kepada wartawan ketika ditanya tentang situasi antara negara tetangga itu.
“Kami jelas tidak ingin melihat kekerasan atau konflik terjadi di sini.”
Venezuela mengadakan referendum kontroversial pada hari Minggu (3/12) mengenai nasib wilayah Essequibo, atau Esequiba sebagaimana dikenal di Venezuela, yang menghasilkan 95 persen suara “ya” untuk rencana Caracas atas wilayah tersebut.
Ketika ditanya apakah Presiden Joe Biden secara pribadi memantau situasi tersebut, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menambahkan pada Rabu bahwa “jelas presiden mengetahui apa yang terjadi.”
Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Selasa (5/12) mengusulkan agar rancangan undang-undang dikirim ke Majelis Nasional untuk pembentukan provinsi "Guyana Esequiba" di wilayah yang telah dikelola Guyana selama lebih dari satu abad.
Tentara Brasil pada Rabu mengatakan pihaknya memperkuat kehadirannya di kota-kota terdekat.
Perselisihan mengenai wilayah tersebut, yang mencakup lebih dari dua pertiga wilayah Guyana dan merupakan rumah bagi 125 ribu dari 800 ribu penduduk Guyana, telah meningkat sejak ExxonMobil menemukan minyak di sana pada tahun 2015.
Mahkamah Internasional di Den Haag pekan lalu mendesak Venezuela untuk tidak mengambil tindakan yang mungkin berdampak pada wilayah yang disengketakan, namun tidak mengabulkan permintaan Guyana untuk melakukan intervensi segera.
Kirby mengatakan keputusan pengadilan tinggi PBB “perlu dihormati.” [ns/rs]
Forum