Gedung Putih mengungkapkan keprihatinan tentang meningkatnya kekacauan politik di Irak dan dampaknya pada perang melawan kelompok militan yang menamakan diri mereka "Negara Islam" atau ISIS.
Amerika Serikat mengatakan Irak membutuhkan pemerintah pusat yang stabil untuk membantu mengusir kelompok itu. Tetapi sebagian mengatakan Baghdad mungkin tidak akan memiliki pemerintah bersatu dalam waktu dekat.
Para pengunjuk rasa menyerbu Zona Hijau Baghdad yang dijaga ketat karena mereka muak dengan pertengkaran dan korupsi di antara para pejabat pemerintah.
"Ini yang kami inginkan. Jika tidak ada reformasi, seluruh pemerintah harus diganti," kata salah seorang pengunjuk rasa, Sheikh Sabah.
Mereka dikirim oleh ulama Syiah Muqtada al-Sadr untuk menekan pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Haider al-Abadi, yang juga dari kalangan Syiah.
Sekarang, ada perpecahan, bahkan dalam sekte, di negara yang sangat terpecah belah itu. Apa yang diisyaratkan masalah yang berkembang ini?
Ketika ditanya, James Jeffrey yang pernah menjabat sebagai duta besar untuk Irak di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama, mengatakan “tidak tahu” mengapa terjadi perpecahan yang parah tersebut.
"Ada kemungkinan, katakanlah 60 persen, bahwa Irak akan stabil pada tingkat yang sama dengan, dari sudut pandang kami, disfungsionalitas negara," kata James Jeffery.
Amerika Serikat telah mendukung upaya untuk membangun pemerintah pusat yang merangkul kelompok-kelompok lain.
Harapannya adalah bahwa pemerintah yang lebih kuat akan membantu pasukan nasional dan lokal memukul mundur militan Negara Islam.
Dalam menghadapi meningkatnya gejolak, AS mendesak Baghdad untuk bergerak cepat.
"Terserah kepada rakyat Irak untuk menentukan pemerintah yang mereka bentuk. Tapi kami pikir, sangat penting demi kesehatan dan stabilitas Irak bahwa susunan kabinet dan pemerintahan dituntaskan dan ditetapkan. Dan kita sudah mendesak mereka untuk menyelesaikan tugas itu," kata Presiden Obama.
Tapi dengan pemerintah yang lama, Jeffrey mengatakan, AS tidak bisa mengandalkan Baghdad berhasil menundukkan Negara Islam atau ISIS, kecuali Washington bersedia melakukan lebih banyak secara militer.
"Kita harus terus berjuang melawan ISIS sejauh kita dapat menemukan sekutu. Jika pemerintah Irak terjerumus ke dalam kepincangan dan kekacauan, maka ada orang-orang Kurdi, ada suku-suku Sunni lokal, dan segala macam orang yang dapat kita rekrut dan latih," jelasnya.
Dengan bantuan serangan udara dan pelatih militer AS, tentara Irak dan pasukan lokal telah membuat kemajuan dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, dengan berlanjutnya ketidakstabilan politik, militan Negara Islam mempertahankan cengkeramannya di wilayah-wilayah yang luas di negara itu. [lt]