AS kembali membantah meninggalkan senjata apa pun di Afghanistan selama penarikan militer Amerika dari negara itu pada Agustus 2021, dan menyebut tuduhan semacam itu sebagai “lelucon.”
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengemukakan pernyataan itu hari Selasa (19/12), hanya beberapa hari setelah Pakistan mendesak PBB agar menyelidiki bagaimana para militan yang berbasis di Afghanistan memiliki “persenjataan canggih” untuk melancarkan serangan teroris di negara tersebut.
“Ini keliru, ini lelucon. Apa yang kami lakukan, selama 20 tahun kami berada di Afghanistan, tentunya dengan persetujuan dan konsultasi dengan Kongres, adalah mempersenjatai dan membantu memperlengkapi pasukan keamanan nasional Afghanistan,” kata Kirby dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Ia menjelaskan bahwa dalam menghadapi gerak maju pemberontak Taliban selama penarikan pasukan AS, banyak anggota pasukan Afghanistan yang memutuskan untuk tidak berperang dan meletakkan senjata mereka.
“’Senjata’ yang Anda bicarakan, sekali lagi, saya tidak dapat memverifikasi laporan khusus ini, milik pasukan keamanan nasional Afghanistan,” kata Kirby. “Inilah yang ditinggalkan. Bukan berarti AS pergi begitu saja dan meninggalkan tumpukan senjata di Afghanistan. Ini tidak akurat secara historis.”
Pihak berwenang Pakistan mengatakan militan yang terkait dengan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) telah meningkatkan serangan lintas batas dari tempat-tempat berlindung mereka di Afghanistan sejak pasukan asing ditarik mundur dan Taliban merebut kekuasaan di negara tetangganya itu dua tahun silam.
TTP dan kelompok-kelompok militan lainnya selama bertahun-tahun telah melakukan pengeboman dan serangan teroris lainnya di Pakistan. Namun, para pejabat mengatakan militan meningkatkan serangan mematikan mereka terhadap pasukan keamanan dengan menggunakan senjata modern buatan AS.
Usman Jadoon, deputi perwakilan tetap Pakistan untuk PBB, mengangkat isu itu dalam debat terbuka di Dewan Keamanan yang membahas penanganan ancaman yang ditimbulkan dari pengalihan, perdagangan gelap dan penyalahgunaan senjata kecil dan ringan terhadap perdamaian dan keamanan.
Jadoon meminta “penyelidikan terhadap bagaimana TTP mendapatkan senjata canggih” yang digunakan terhadap negaranya.
Berbagai media lokal mengutip Jadoon yang mengatakan kepada pertemuan itu bahwa “teroris dan penjahat tidak memproduksi senjata-senjata canggih ini; mereka justru mendapatkannya dari pasar gelap atau entitas yang bermaksud mendestabilisasi wilayah atau negara tertentu.”
Jadoon tidak menyebut AS, tetapi PM Pakistan Anwaar-ul-Haq Kakar memberitahu para jurnalis media asing pada September lalu bahwa peralatan militer yang ditinggalkan selama penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan telah “sangat meningkatkan kemampuan tempur” TTP dan negara-negara antipemerintah lainnya. [uh/ab]
Forum