Amerika Serikat (AS) pada Rabu (17/1) menetapkan kembali militan Houthi sebagai kelompok teror, setelah sekitar 30 serangan terhadap kapal-kapal yang melewati jalur pelayaran internasional sejak pertengahan November 2023.
“Jika Houthi menghentikan serangan, kami dapat mempertimbangkan kembali keputusan tersebut," kata Direktur Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional John Kirby.
Sebaliknya, tambah Kirby, AS dan Inggris dapat melancarkan lebih banyak serangan terhadap posisi-posisi radar Houthi, situs-situs peluncuran dan fasilitas drone dan rudal di Yaman.
“Houthi perlu bertanya pada diri mereka sendiri seberapa besar kemampuan mereka yang mereka inginkan terdegradasi dan terganggu sehubungan dengan serangan-serangan ilegal dan berbahaya yang mereka lakukan," kata Mayor Jenderal Pat Ryder, juru bicara Departemen Pertahanan AS atau Pentagon.
Sementara itu, mengenai langkah yang diambil oleh AS terhadap Houthi, Benham Ben Taleblu dari Yayasan Pertahanan Demokrasi (Foundation for Defense of Democracies/FDD) mengatakan: “Ini sudah sangat lama tertunda.”
Para pengkritik pemerintah, seperti Behnam Ben Taleblu dari FDD, mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan terhadap Houthi, yang bertindak sebagai proksi bagi pemasok militer mereka, Iran.
“Ini adalah proyek neo-kolonial yang dilakukan oleh Republik Islam (Iran) untuk membangun proksi dan melemahkan jantung Arab di Timur Tengah, agar mereka bisa melawan musuh ideologis Republik Islam, yaitu negara Yahudi di Timur Tengah," ujarnya).
Iran memasok senjata ilegal ke negara-negara yang melakukan kekerasan di Timur Tengah, termasuk di Gaza, Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Bulan ini, pasukan AS menaiki kapal kecil di lepas pantai Somalia dan menyita beberapa senjata konvensional canggih yang dikirim ke Yaman dan dibuat oleh Iran.
Iran membantah telah memasok rudal kepada kelompok Houthi, meskipun berulang kali ada bukti yang menyatakan sebaliknya.
“Iran memiliki strategi proksi yang bertujuan untuk memberi jarak antara Iran dan ancaman, dan untuk menciptakan penyangkalan. Namun dengan kekuatan rudal yang baru ditemukan, rezim ini sebenarnya cukup puas dengan unjuk kekuatannya," kata Behnam Ben Taleblu dari Yayasan Pertahanan Demokrasi.
Teheran melakukan serangan rudal mematikan di Irak dan Pakistan minggu ini, yang membuat marah negara-negara tetangganya. Pakistan menarik duta besarnya dari Iran, sementara warga Irak di wilayah Kurdi utara melancarkan protes besar-besaran. [lt/ab]
Forum