Departemen Kehakiman AS mengumumkan hari Rabu, seorang perwira intelijen China, Yanjun Xu ditangkap bulan April di Belgia, dan diekstradisi ke AS, di mana dia disidangkan hari Rabu.
Pengacara untuk Jaksa Tinggi Distrik Ohio Selatan menjelaskan bagaimana Xu, dan petugas perwira intel lainnya melakukan siasat mereka.
"Dia dan petugas perwira-perwira lainnya di Kementerian Keamanan Negara atau MSS lainnya melakukan siasat itu dengan menyembunyikan identitas dan sifat apa pekerjaan mereka. Mereka bekerja untuk merekrut beberapa individu di sejumlah perusahaan penerbangan di seluruh pelosok Amerika dan Eropa yang mereka anggap dapat memberi mereka rahasia-rahasia dagang," ungkapnya.
Para ahli percaya ini adalah untuk pertama kalinya seorang mata-mata pemerintah China dibawa ke Amerika untuk diadili.
Sementara itu, China mengatakan Kamis (11/10) bahwa berbagai tuduhan terhadap mata-mata China itu diduga "mengada-ada".
Yanjun Xu, seorang mata-mata dari Kementerian Keamanan China, didakwa di Cincinnati, Ohio, hari Rabu setelah diekstradisi ke AS dari Belgia.
Kantor berita Associated Press mengatakan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang menepis tuduhan itu dan meminta AS untuk menangani masalah itu "secara adil sesuai dengan undang-undang" dan menjamin "hak dan kepentingan sah" Xu.
Departemen Kehakiman AS telah menuduh Xu merekrut beberapa tenaga ahli perusahaan-perusahaan dirgantara terkemuka, termasuk GE Aviation, dan membujuk mereka pergi untuk berkunjung ke China dengan kedok bahwa mereka akan menyampaikan presentasi di salah satu universitas. Menurut tuduhan itu perjalanan itu sebenarnya adalah upaya untuk memperoleh rahasia.
John Demers, Asisten jaksa agung yang bertanggung jawab membawahi keamanan nasional AS mengatakan, kasus itu adalah "masalah spionase perekonomian yang signifikan" dan bukti China hendak mencuri informasi dari perusahaan-perusahaan Amerika. Kasus ini muncul di tengah perang dagang yang umumnya dipicu oleh tuduhan-tuduhan AS bahwa China memaksa perusahaan-perusahaan asing untuk menyerahkan teknologinya dengan imbalan untuk akses ke pasar China.
Kedua pihak juga berselisih mengenai dukungan AS kepada Taiwan, pembelian senjata China dari Rusia dan klaim wilayah China di Laut China Selatan. [ps/is]