Tautan-tautan Akses

AS, Turki Bicarakan Sanksi-sanksi Terkait Sistem Pertahanan Rusia


Bendera Turki (kanan) berkibar antara lain bendera anggota NATO selama Dewan Atlantik Utara (NAC) di markas Aliansi di Brussel, Belgia, 28 Juli 2015. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
Bendera Turki (kanan) berkibar antara lain bendera anggota NATO selama Dewan Atlantik Utara (NAC) di markas Aliansi di Brussel, Belgia, 28 Juli 2015. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)

Turki dan Amerika Serikat telah membentuk kelompok kerja bersama untuk membahas sanksi-sanksi yang dikenakan Washington pada Ankara atas pembelian sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, kata menteri luar negeri Turki, Rabu (30/12).

Dalam konferensi pers akhir tahun yang mengevaluasi kebijakan luar negeri Turki itu, Mevlut Cavusoglu juga mengatakan kepada wartawan bahwa Turki menginginkan hubungan yang “lebih sehat” dengan Amerika Serikat di bawah pemerintahan presiden terpilih Joe Biden.

Amerika Serikat mengumumkan pemberlakuan sejumlah sanksi sebelumnya bulan ini untuk menghukum Turki atas pengadaan sistem pertahanan udara canggih buatan Rusia S-400, berdasarkan undang-undang AS yang dikenal sebagai CAATSA yang bertujuan untuk meredam pengaruh Rusia. Ini adalah pertama kalinya CAATSA digunakan untuk menghukum sekutu AS.

Sanksi-sanksi tersebut menarget PDI (Presidency of Defense Industries), lembaga sipil yang didirikan pemerintah untuk mengelola industri pertahanan, serta sistem dan suplai teknologi militer Turki; ketua PDI, dan tiga pejabat tinggi Turki lainnya. Sanksi-sanksi tersebut juga mencakup larangan sebagian besar izin ekspor, pinjaman dan kredit ke badan tersebut.

Hubungan antara kedua sekutu itu telah diganggu oleh banyak perselisihan lainnya, termasuk pemenjaraan warga Amerika dan staf konsuler lokal, dukungan AS untuk pejuang Kurdi Suriah yang dianggap teroris oleh Turki, dan keberadaan seorang ulama Muslim di AS yang dituduh mendalangi kudeta di Turki pada 2016.

“Pada 2020, hubungan kami dengan Amerika Serikat dibayangi oleh berbagai masalah yang ada, '' kata Cavusoglu. “Pada 2021, kami siap menjalin hubungan dengan pemerintahan baru secara lebih sehat, dan kami siap untuk mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.''

Cavusoglu mengatakan gagasan untuk mendirikan kelompok kerja Turki-AS berasal dari pihak Amerika dan para ahli dari kedua negara telah memulai negosiasi. “Karena kami mendukung dialog, kami menyetujui usulan itu, dan negosiasi pada tingkat ahli sudah dimulai," katanya.

Sebelumnya bulan ini, Cavusoglu mengatakan Turki sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengambil langkah-langkah yang akan membalas sanksi-sanksi AS tersebut. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG