Amerika Serikat pada hari Kamis (14/9) menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 150 perusahaan dan individu di Rusia, Turki, Uni Emirat Arab dan Georgia karena mengelak dari pembatasan perdagangan yang ditujukan untuk memblokade pendanaan bagi perang Rusia di Ukraina yang sudah berlangsung selama 19 bulan terakhir.
Paket sanksi terbaru itu menjadi salah satu yang terbesar yang dijatuhkan Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS. Paket itu menyasar mereka yang menjual teknologi Barat kepada Moskow untuk membantu upaya perang negara itu, khususnya perusahaan dan individu di Turki, yang merupakan salah satu anggota NATO yang mendukung Ukraina.
Sanksi-sanksi yang memblokir aset perusahaan maupun individu yang berada di AS itu juga bertujuan untuk menjegal pertumbuhan sektor energi Rusia yang menjadi sumber pendanaan perang, termasuk proyek gas alam Arktik, pertambangan serta perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan memperbaiki pasokan senjata Rusia.
Selain itu, paket sanksi AS itu menarget sejumlah perusahaan Turki dan Rusia yang disebut Departemen Luar Negeri AS membantu Moskow mendapatkan komponen elektronik asal AS dan Eropa, seperti cip dan prosesor komputer, yang bisa digunakan dalam peralatan sipil dan militer.
Deplu juga menarget perusahaan-perusahaan Turki yang menyediakan layanan reparasi kapal bagi perusahaan yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan Rusia.
Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri, mengatakan: “Departemen Luar Negeri juga menunjuk sejumlah entitas yang memproduksi dan memperbaiki sistem senjata Rusia, termasuk rudal jelajah Kaliber yang digunakan oleh pasukan Rusia untuk menyerang kota-kota dan infrastruktur sipil di Ukraina.”
Yang juga dikenai sanksi adalah mereka yang berafiliasi dengan milisi Grup Wagner yang diduga mengirimkan amunisi dari Korea Utara ke Rusia dan mereka yang membantu memajukan aktivitas jahat Rusia di Republik Afrika Tengah.
Sebelum perang, James O’Brien dari kantor pengoordinasian sanksi Deplu AS mengatakan bahwa Rusia mengimpor 90% peralatan elektroniknya dari negara-negara anggota Kelompok 7 (G7), namun kini, berkat sanksi-sanksi yang dijatuhkan, jumlah itu turun ke 30%.
Di medan perang, militer Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 17 dari 22 drone yang digunakan Rusia untuk menarget sejumlah wilayah Ukraina dalam serangan semalam.
Militer Ukraina mengatakan, Rusia meluncurkan beberapa gelombang serangan yang diarahkan ke kawasan Mykolaiv, Zaporizhzhia, Sumy dan Dnipropetrovsk.
Serhiy Lysak, gubernur wilayah Dnipropetrovsk, mengatakan bahwa puing-puing salah satu dari tiga drone yang ditembak jatuh di kawasan itu merusak sejumlah bangunan dan mobil, serta memicu kebakaran rumput.
Lysak mengatakan, serangan penembakan Rusia juga melanda wilayahnya, namun tidak ada korban jiwa.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pertahanan udaranya menembak jatuh sejumlah drone Ukraina di wilayah Bryansk, yang terletak di Rusia barat, Selasa (12/9) dini hari.
Rusia juga mengaku berhasil menghalau serangan ke kapal minyaknya di Laut Hitam, di mana pasukan Rusia menghancurkan lima kapal tak berawak.
Di wilayah Krimea yang dikendalikan Rusia, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan di Telegram bahwa pihaknya menghancurkan 11 drone Ukraina.
Hal itu terjadi sehari setelah sebuah rudal Ukraina menghantam galangan kapal strategis di Krimea, melukai 24 orang dan merusak dua kapal yang sedang diperbaiki. [rd/jm] [lt/ab]
Forum