Pada hari pertama serangan udara AS terhadap ISIS tahun lalu, Presiden Barack Obama menetapkan dua tujuan: melindungi warga Amerika di bagian utara Irak dan menolong ribuan warga sipil yang terperangkap di gunung Sinjar setelah sebuah serangan oleh ISIS.
Dalam hitungan hari, misi meluas. AS, menurut Presiden Obama, tidak lagi hanya melindungi komunitas Yazidi, atau melindungi keamanan diplomat Washington di Irbil. Misi barunya adalah untuk "menyediakan bantuan militer dan petunjuk bagi pemerintah Irak dan pasukan Kurdi untuk memerangi para teroris, sehingga para teroris tidak dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat persembunyian mereka.
Bulan berikutnya, misi ini lagi-lagi meluas, dengan juga menyasar target-target ISIS di Suriah.
Sejak itu, pesawat tempur dan nirawak dari AS dan koalisi negara-negara mitra telah melancarkan ribuan serangan udara. Angka resmi dari AS menunjukkan 1.500 tentara ISIS tewas atau terluka.
Namun demikian...
"Pesawat kami dapat menghantam tempat manapun di Suriah atau Irak," kata Christopher Harmer, analis senior angkatan laut di Institut Studi Perang, "tapi kita tidak melakukan apapun untuk menahan pertumbuhan ISIS."
Pejabat militer AS dan Irak mengatakan bahwa di Irak, setidaknya, gabungan antara pasukan anti-ISIS dan serangan-serangan udara telah mendorong mundur para militan. Tapi keberhasilan ofensif seperti di Tikrit lalu diimbangi ISIS dengan kemenangan di tempat-tempat lain di Irak, dan terutama di Suriah yang terpecah-belah oleh perang saudara yang masih terus berlangsung.
Seorang warga Kurdi Suriah yang kini tinggal di Irak, Ayaz Mohammed Osman, mengatakan kepada VOA, serangan udara koalisi membantu tentara Kurdi, yang berada di garis depan melawan ISIS baik di Suriah maupun Irak.
"Ini adalah langkah yang sangat, sangat baik bagi perlindungan warga Kurdi di Kurdistan bagian barat dan timur, dan seluruh Kurdistan," katanya. "Saya harap serangan udara ini terus berlangsung hingga ISIS hancur dan masalah ini terpecahkan."
Staf Sersan Pershmerga Dana Salahadin menyuarakan dukungannya bagi serangan udara untuk mendukung milisi Kurdi di Irak.
"Serangan udara sangat membantu kami, dan kami juga melakukan tugas kami. Dengan bantuan serangan udara terhadap ISIS, Peshmerga dapat meraih lebih banyak kemenangan," katanya. "Amerika membantu kami, tapi kami, Peshmerga, memberi pengorbanan."
Dari awal, pemerintahan Obama sangat tegas mengenai satu hal, yaitu bahwa AS tidak akan mengirim pasukan tempurnya.
Pasukan di darat terdiri dari milisi Irak dan Kurdi, pasukan keamanan Irak dan pemberontak Suriah didukung dari udara oleh AS dan negara-negara Eropa dan Timur Tengah untuk memerangi sekitar 20.000-30.000 militan ISIS.
Sementara itu, kelompok-kelompok lainnya di dunia telah menyatakan sumpah setia mereka kepada kelompok ini, berbagai individu telah melakukan serangan atas nama ISIS dan sejumlah tersangka yang dicurigai sebagai pendukung ISIS telah ditahan - termasuk di negara-negara anggota koalisi anti ISIS seperti AS.
Max Abrahms, asisten profesor di Northeastern University dan anggota Council on Foreign Relations, yakin kebrutalan yang digembar-gemborkan oleh ISIS sendiri akan memicu kehancuran kelompok itu sendiri.
"Saya tidak melihat bagaimana dalam jangka panjang, ISIS akan bertahan, bagaimanapun Anda memandangnya - dari sisi teritori yang mereka kuasai, dari sisi kemampuan, sumber daya manusia," ia mengatakan kepada VOA.