BANGKOK —
ASEAN telah berjuang selama setahun ini untuk mencapai konsensus mengenai isu itu, dan dengan mengangkat pemimpin dari Vietnam akan tetap menyoroti sengketa itu. Tetapi para analis politik mengatakan, para pemimpin Vietnam juga akan lebih tenang dan berhati-hati dalam mengusahakan persetujuan mengenai masalah itu.
Le Luong Minh hari Selasa secara resmi mengambil alih jabatan bergilir sebagai Sekretaris Jenderal ASEAN dari Surin Pitsuwan dari Thailand.
Diplomat kawakan itu berasal dari Kementerian Luar Negeri Vietnam dan pernah menjadi dutabesar Vietnam untuk PBB.
Kepemimpinannya dalam ASEAN, yang pertama bagi Vietnam, berlangsung pada waktu terjadi ketegangan dengan Tiongkok yang semakin keras sikapnya mengenai wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan.
Tiongkok mengklaim hampir semua laut Cina Selatan itu, yang diperkirakan kaya minyak, gas alam dan ikan. Negara-negara anggota ASEAN, Brunei, Malaysia dan Filipina, Vietnam dan Taiwan juga mengklaim bagian-bagian perairan tersebut.
Sengketa itu telah menimbulkan konfrontasi di laut , penangkapan para nelayan, dan perang kata-kata yang semakin panas mengenai kedaulatan.
KTT-KTT ASEAN dalam setahun ini di Kamboja gagal merundingkan kode perilaku yang telah lama tertunda untuk mencegah peningkatan masalah.
Para analis politik mengatakan konflik itu disebabkan pengaruh Tiongkok terhadap Kamboja dan sikap negara-negara lain yang tidak mengklaim wilayah itu.
Pavin Chachavalpongpun, guru besar studi Asia Tenggara di Universitas Kyoto, berbicara melalui Skype, mengatakan, sekretaris jenderal dari Vietnam akan lebih aktif dalam mendesakkan konsensus ASEAN mengenai isu tersebut.
Ia mengatakan, “Vietnam juga bisa meraih kepentingannya sendiri kalau masalah itu dibahas dengan ASEAN. Selain itu, Vietnam bisa mengklaim bahwa negara itu mendukung pendekatan ASEAN dalam usaha menyelesaikan masalah seperti ini. Untuk membuktikan bahwa cara penyelesaian sengketa dalam ASEAN berhasil. Jadi, saya rasa, ini bisa saling menguntungkan atau beresiko bagi semua pihak yang terkait.”
Sekretaris Jenderal Surin Pitsuwan dari Thailand yang akan habis masa jabatannya, sangat dihargai atas keterlibatannya dan kepemimpinannya yang terus terang dalam ASEAN.
Para analis politik mengatakan cara Vietnam akan kurang terbuka dan transparan. Tetapi dalam berurusan dengan Tiongkok sikap yang lebih halus mungkin akan membantu.
Tiongkok sedang menjalani transisi kepemimpinan tiap sepuluh tahun, sampai bulan Maret yang akan diperhatikan dengan cermat oleh para pengamat.
Tiongkok sebagai negara komunis, juga mungkin akan menyambut fakta bahwa Vietnam yang juga sebuah negara komunis, mengambil alih jabatan sekretaris jenderal ASEAN.
Le Luong Minh hari Selasa secara resmi mengambil alih jabatan bergilir sebagai Sekretaris Jenderal ASEAN dari Surin Pitsuwan dari Thailand.
Diplomat kawakan itu berasal dari Kementerian Luar Negeri Vietnam dan pernah menjadi dutabesar Vietnam untuk PBB.
Kepemimpinannya dalam ASEAN, yang pertama bagi Vietnam, berlangsung pada waktu terjadi ketegangan dengan Tiongkok yang semakin keras sikapnya mengenai wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan.
Tiongkok mengklaim hampir semua laut Cina Selatan itu, yang diperkirakan kaya minyak, gas alam dan ikan. Negara-negara anggota ASEAN, Brunei, Malaysia dan Filipina, Vietnam dan Taiwan juga mengklaim bagian-bagian perairan tersebut.
Sengketa itu telah menimbulkan konfrontasi di laut , penangkapan para nelayan, dan perang kata-kata yang semakin panas mengenai kedaulatan.
KTT-KTT ASEAN dalam setahun ini di Kamboja gagal merundingkan kode perilaku yang telah lama tertunda untuk mencegah peningkatan masalah.
Para analis politik mengatakan konflik itu disebabkan pengaruh Tiongkok terhadap Kamboja dan sikap negara-negara lain yang tidak mengklaim wilayah itu.
Pavin Chachavalpongpun, guru besar studi Asia Tenggara di Universitas Kyoto, berbicara melalui Skype, mengatakan, sekretaris jenderal dari Vietnam akan lebih aktif dalam mendesakkan konsensus ASEAN mengenai isu tersebut.
Ia mengatakan, “Vietnam juga bisa meraih kepentingannya sendiri kalau masalah itu dibahas dengan ASEAN. Selain itu, Vietnam bisa mengklaim bahwa negara itu mendukung pendekatan ASEAN dalam usaha menyelesaikan masalah seperti ini. Untuk membuktikan bahwa cara penyelesaian sengketa dalam ASEAN berhasil. Jadi, saya rasa, ini bisa saling menguntungkan atau beresiko bagi semua pihak yang terkait.”
Sekretaris Jenderal Surin Pitsuwan dari Thailand yang akan habis masa jabatannya, sangat dihargai atas keterlibatannya dan kepemimpinannya yang terus terang dalam ASEAN.
Para analis politik mengatakan cara Vietnam akan kurang terbuka dan transparan. Tetapi dalam berurusan dengan Tiongkok sikap yang lebih halus mungkin akan membantu.
Tiongkok sedang menjalani transisi kepemimpinan tiap sepuluh tahun, sampai bulan Maret yang akan diperhatikan dengan cermat oleh para pengamat.
Tiongkok sebagai negara komunis, juga mungkin akan menyambut fakta bahwa Vietnam yang juga sebuah negara komunis, mengambil alih jabatan sekretaris jenderal ASEAN.