Negara-negara Asia menghadapi beban yang meningkat biaya pengobatan akibat peningkatan jumlah pasien yang didiagnosa menderita kanker serta penderita stroke dan kepikunan atau dementia dalam 10 tahun mendatang.
Sementara, kemajuan ekonomi Asia telah menurunkan dengan tajam tingkat kemiskinan, kemajuan tersebut juga telah menyebabkan perubahan sosial dan pola hidup yang berkisar dari makanan hingga peningkatan polusi di daerah perkotaan, yang berdampak berat terhadap masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan di Asia Tenggara, pengobatan kanker yang terlambat mengakibatkan 1,3 juta orang meninggal setahun. WHO mengatakan dari 8,8 juta kematian akibat kanker setiap tahun, dua per tiga dari jumlah itu terjadi di Afrika dan Asia.
Kanker, serta diabetes, penyakit jantung dan paru-paru yang kronis, bertanggung-jawab atas 40 juta – atau 70 persen dari 56 juta kematian di dunia tahun 2015, kata WHO.
Tetapi biaya pengobatan di seluruh dunia sedang meningkat. Tahun 2015, pengeluaran untuk obat kanker meningkat 11,5 persen menjadi $107 milyar, dan diperkirakan akan meningkat hingga $150 milyar menjelang tahun 2020 – akibat biaya obat yang lebih baru dan lebih khusus.
Boston Consulting Group mengatakan dalam laporan baru-baru ini bahwa "beban biaya pengobatan kanker di negara-negara berkembang sedang mencapai tingkat pandemik,” yang dipandang sebagai penyebab utama kematian di India dengan kira-kira 2,5 juta orang pasien.
Kelompok konsultan itu memperkirakan India mempunyai “kemungkinan akan mengalami peningkatan penyakit kanker lima kali lipat sebelum tahun 2025.”
China melaporkan 4 juta orang penderita baru kanker dalam tahun 2016, dan biaya kesehatan nasional akan membubung empat kali lipat menjadi 12,7 triliun yuan atau $1,84 triliun sebelum tahun 2025, kata para konsultan. [gp]