Tautan-tautan Akses

Asrama di Kenya Terbakar; 18 Pelajar Tewas, 27 Cedera, dan Puluhan Hilang


Pemandangan dari udara bangunan asrama di Hillside Endarasha Academy di Nyeri County, Jumat, 6 September 2024. Delapan belas pelajar tewas. (Foto: Simon Maina/AFP)
Pemandangan dari udara bangunan asrama di Hillside Endarasha Academy di Nyeri County, Jumat, 6 September 2024. Delapan belas pelajar tewas. (Foto: Simon Maina/AFP)

Wakil Presiden Kenya mengatakan pada Jumat (6/9) bahwa kebakaran di sebuah asrama menewaskan 18 pelajar dan 27 lainnya harus dirawat di rumah sakit, sedangkan 70 anak lainnya masih belum diketahui nasibnya.

Presiden William Ruto mengumumkan hari berkabung selama tiga hari dan selama masa berkabung, bendera-bendera akan dikibarkan setengah tiang untuk menghormati anak-anak yang tewas.

Wakil Presiden Kenya Rigathi Gachagua mengatakan hanya 86 dari 150 anak yang sudah diketahui keberadaannya, dan mendesak anggota masyarakat yang menampung para pelajar itu untuk membantu mengecek keberadaan mereka.

Gachagua mengatakan satu lagi pelajar meninggal di rumah sakit dan sekitar 37 lainnya sudah dipertemukan dengan orang tua mereka.

Penyebab kebakaraan yang terjadi pada Kamis (5/9) di Hillside Endarasha Primary School di Nyeri County sedang diselidiki, kata juru bicara kepolisian Resila Onyango. Sekolah itu membuka pendidikan untuk anak-anak hingga usia 14 tahun.

Komisioner Nyeri County dan Kementerian Pendidikan Kenya mengatakan asrama yang terbakar itu dihuni oleh lebih dari 150 anak laki-laki yang berusia antara 10 dan 14 tahun. Api menyebar dengan cepat karena sebagian besar gedung dibangun dengan papan kayu.

Sekolah swasta yang merupakan gabungan asrama dan kegiatan belajar harian, memiliki 824 pelajar. Sekolah itu berlokasi sekitar 200 kilometer dari Ibu Kota Kenya, Nairobi, di wilayah pegunungan di mana kebanyakan bangunan menggunakan kayu.

Gubernur Nyeri County Mutahi Kahiga mengatakan kepada para wartawan bahwa upaya penyelamatan terhambat jalan-jalan berlumpur yang disebabkan oleh hujan di daerah tersebut.

Para orang tua yang belum bisa menemukan anak-anak mereka di antara para korban yang selamat menunggu di sekolah dengan perasaan duka.

Sekretaris Tetap Kementerian Pendidikan, Belio Kipsang, mengatakan pemerintah bekerja sama dengan pihak administrasi sekolah untuk mempertanggungjawabkan semua anak yang bersekolah di asrama.

“Kami meminta para orang tua yang menjemput anaknya dan masyarakat untuk mendukung kami saat kami mengkonsolidasikan angka-angka tersebut untuk memastikan bahwa kami menghitung setiap anak yang bersekolah di sekolah ini,” ujarnya.

Kebakaran sekolah sering terjadi di sekolah berasrama di Kenya, sering kali disebabkan oleh pembakaran yang dipicu oleh penyalahgunaan narkoba dan kepadatan yang berlebihan, menurut laporan Kementerian Pendidikan baru-baru ini. Banyak siswa memilih yang tinggal di asrama karena orang tua percaya bahwa hal ini memberi mereka lebih banyak waktu untuk belajar tanpa harus menempuh perjalanan jauh.

Kebakaran sekolah paling mematikan di Kenya dalam sejarah terjadi pada 2001 ketika 67 siswa tewas dalam kebakaran asrama di daerah Machakos. [ft/ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG