Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, serangan senjata kimia yang dicurigai Amerika itu hanyalah sesuatu yang “dikarang” untuk membenarkan serangan rudal Amerika.
Kata Assad dalam wawancara pertama dengan kantor berita AFP di Damaskus sejak serangan tanggal 4 April yang dicurigai itu, pemerintahnya telah membuang semua senjata kimia dan bahwa kekuatan militernya tidak terganggu oleh serangan rudal Amerika.
“Jelas, 100 persen bahwa (tuduhan) itu adalah sesuatu yang dibuat-buat saja,” katanya dalam wawancara hari Rabu (12/4).
“Kesan kami adalah, pihak barat, khususnya Amerika, telah bekerja sama dengan teroris, dan mengarang semua alasan itu untuk membenarkan serangan rudal,” kata Assad.
Para pemimpin barat, termasuk presiden Amerika Donald Trump menuduh Assad bertanggung-jawab atas serangan minggu lalu di kota Khan Sheikhun yang dikuasai pemberontak.
Serangan itu menewaskan sedikitnya 87 orang termasuk anak-anak, dan foto-foto para korban telah memicu kemarahan global.
Suriah membantah menggunakan senjata kimia, dan pemerintah Russia mengatakan, korban tewas di kota itu disebabkan serangan senjata konvensional atas sebuah gudang senjata pemberontak yang berisi “bahan-bahan beracun.”
Tapi dalam wawancara itu, Assad malahan mengatakan “masih belum jelas” apakah memang ada serangan di Khan Sheikhun, “karena kini banyak beredar video palsu.”
“Kami juga tidak tahu apakah anak-anak yang mati itu tewas dalam serangan di Khan Sheikhun, atau apakah memang ada anak-anak yang mati,” tambahnya.
Bashar al-Assad berkeras bahwa pasukannya telah menyerahkan semua senjata kimia tahun 2013, dalam perjanjian yang ditengahi Rusia, untuk mencegah ancaman serangan Amerika.
“Kami sama sekali tidak memerintahkan serangan apapun, dan kami tidak punya senjata kimia, karena kami telah membuang semua itu beberapa tahun lalu,” lanjut Assad.
Pemimpin Suriah itu juga mengatakan, pasukannya tidak terpengaruh sama sekali oleh serangan Amerika itu. Kemampuan kami untuk menghantam teroris sama sekali tidak terkena dampak serangan Amerika itu, katanya.
Assad juga menyebut serangan Amerika yang menggunakan 59 misil Tomahawk atas sebuah pangkalan udara Suriah sebagai serangan barbar. Ini adalah serangan militer pertama Amerika atas pasukan Suriah sejak dimulainya perang saudara enam tahun lalu, yang memicu memburuknya hubungan Amerika dan Rusia.
Pemerintah Rusia menuduh Amerika melanggar hukum internasional dengan melancarkan serangan atas Suriah, sekutu Rusia, dan Donald Trump membalas dengan pesan twitter hari Kamis. Katanya, “Semuanya akan baik-baik saja antara Amerika dan Rusia. Pada suatu waktu nanti, semua orang akan sadar dan akan ada perdamaian yang abadi!" [ii]