Tautan-tautan Akses

AstraZeneca akan Lakukan Uji Coba Lagi Sebelum Distribusikan Vaksin Covid-19


Botol dan jarum suntik medis terlihat di depan botol berlogo AstraZeneca dalam ilustrasi ini. (Foto: Reuters)
Botol dan jarum suntik medis terlihat di depan botol berlogo AstraZeneca dalam ilustrasi ini. (Foto: Reuters)

Perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca bekerja sama dengan regulator pemerintah dalam menginvestigasi kesalahan pembuatan vaksin Covid-19 eksperimental.

Perusahaan farmasi itu dan Oxford University telah mengakui bahwa dosis vaksin yang lebih rendah menunjukkan hasil lebih baik daripada dosis penuh, sebut seorang juru bicara, yang berbicara setelah CEO AstraZeneca menyatakan kemungkinan akan ada uji coba global lebih lanjut.

Pernyataan ini muncul sementara perusahaan itu bersiap-siap untuk menyediakan pasokan sementara vaksin sebelum rencananya mendistribusikan empat juta dosis vaksin sebelum akhir tahun ini.

Sementara itu, negara bagian terbesar kedua di Australia, Victoria, telah mencatat tidak ada kasus baru atau kematian akibat virus corona dalam 28 hari terakhir, sebut para pejabat hari Jumat (27/11).

Negara bagian itu juga mencatat tidak ada kasus aktif setelah pasien Covid-19 terakhir keluar rumah sakit pada Senin (23/11).

Sementara Victoria telah mencapai tonggak penting 28 hari itu, yang secara luas diyakini para pakar kesehatan sebagai terbasminya virus itu dari komunitas, kasus-kasus infeksi virus corona telah dideteksi di bagian-bagian lain Australia.

Di Amerika Selatan, Presiden Brazil Jair Bolsonaro, Kamis (26/11), mengatakan ia akan menolak vaksin virus corona. Ini pernyataan terbarunya yang mengungkapkan sikap skeptisnya soal vaksin tersebut.

“Saya katakan, saya tidak akan menerimanya. Ini hak saya,” katanya dalam pernyataan yang diungkapkan di beberapa platform media sosial.

Brazil, dengan lebih dari enam juta kasus Covid-19, posisinya hanya di bawah AS dan India, dan dengan lebih dari 170 ribu kematian, posisinya persis di bawah AS, sebut Johns Hopkins Coronavirus Research Center.

Selain meremehkan keseriusan pandemi ini, Bolsonaro juga menyatakan keraguannya mengenai penggunaan masker. Pada hari Kamis (26/11), ia mengatakan bahwa Kongres tampaknya tidak akan mewajibkan vaksinasi untuk virus corona.

AS mencatat tambahan lebih dari 181 ribu kasus pada hari Kamis (26/11) dan mencatat hampir 2.300 kematian akibat virus corona. Hampir 90.500 orang dirawat inap pada hari Kamis (26/11), di tengah-tengah kekhawatiran bahwa pertemuan untuk merayakan Thanksgiving bersama kerabat dan sahabat akan menyebabkan lebih banyak lagi penularan dan kasus dirawat inap.

Rusia pada hari Kamis melaporkan rekor kenaikan satu hari kasus Covid-19 sebanyak 25.487, menyebabkan totalnya menjadi hampir 2,2 juta. Catatan 524 kematian dalam rentang 24 jam juga merupakan rekor di negara itu.

Di Jerman, hampir 400 kematian membuat totalnya di negara itu melampaui 15 ribu sejak pandemi dimulai.

Ada lebih dari 60,8 juta kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dengan 1,4 juta kematian.

AS menjadi negara yang paling terpukul parah, disusul oleh Brazil dengan 170 ribu kematian, India dengan 135 ribu, dan Meksiko dengan 103 ribu, sebut Johns Hopkins. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG