Tautan-tautan Akses

Astronom Beri Peringatan Bahaya Polusi Cahaya dari Satelit Buatan


Pemandangan dari area perkemahan di Okefenokee National Wildlife Refuge di Folkston, Georgia, pada 30 Maret 2022. (Foto: AP/Stephen B. Morton)
Pemandangan dari area perkemahan di Okefenokee National Wildlife Refuge di Folkston, Georgia, pada 30 Maret 2022. (Foto: AP/Stephen B. Morton)

Para astronom pada hari Senin (20/3) memperingatkan, polusi cahaya yang diciptakan oleh melonjaknya jumlah satelit yang mengorbit Bumi menimbulkan “ancaman global yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap alam.”

Jumlah satelit yang ada di orbit rendah Bumi meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2019, ketika perusahaan antariksa AS SpaceX meluncurkan proyek “mega-konstelasi” pertamanya, yang terdiri dari ribuan satelit.

Ribuan satelit internet baru rencananya akan diluncurkan dalam waktu dekat, menambah padat orbit yang berjarak kurang dari 2.000 kilometer dari permukaan Bumi.

Setiap satelit baru meningkatkan risiko bertabrakan dengan objek lain yang mengorbit Bumi, sehingga menghasilkan semakin banyak puing.

Hal itu dapat menciptakan reaksi berantai, di mana tabrakan beruntun menciptakan fragmen puing yang semakin kecil, menambah awan “sampah antariksa” yang memantulkan cahaya kembali ke Bumi.

Dalam serangkaian makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy, para astronom memperingatkan bahwa peningkatan polusi cahaya itu mengancam masa depan profesi mereka.

Pada salah satu makalah, para peneliti mengatakan bahwa untuk pertama kalinya mereka telah memperhitungkan seberapa besar langit malam yang lebih terang akan memengaruhi kinerja sebuah observatorium besar secara finansial maupun ilmiah.

Pemodelan menunjukkan bahwa untuk Observatorium Vera Rubin, teleskop raksasa yang saat ini sedang dibangun di Chili, bagian tergelap langit malam akan menjadi 7,5 persen lebih terang selama sepuluh tahun ke depan.

Hal itu akan mengurangi jumlah bintang yang dapat dilihat oleh observatorium sekitar 7,5 persen, menurut salah satu penyusun penelitian itu, John Barentine, kepada AFP.

Kekurangan itu baru bisa dipenuhi dengan tambahan masa survei observatorium selama hampir setahun, menambah biaya sebanyak $21,8 juta, kata Barentine dari Dark Sky Consulting, perusahaan yang bermarkas di Arizona, AS.

Selain itu, harga lain yang harus dibayar akibat polusi cahaya yang tidak dapat dihitung adalah berbagai peristiwa langit yang tidak akan pernah bisa diamati oleh manusia.

Peningkatan polusi cahaya pun dapat menjadi lebih buruk dari yang dibayangkan.

Penelitian Nature lain yang menggunakan pemodelan yang lebih luas menyebut pengukuran polusi cahaya saat ini tidak menggambarkan fenomena sesungguhnya yang jauh lebih besar.

Semakin terangnya langit malam tidak hanya berdampak pada pekerjaan astronom profesional dan observatorium besar, kata para peneliti memperingatkan.

Aparna Venkatesan, astronom di University of San Francisco, mengatakan bahwa hal itu juga mengancam “hubungan kuno kita dengan langit malam.”

“Luar angkasa adalah warisan dan nenek moyang kita bersama – menghubungkan kita melalui sains, cerita, seni, dongeng asal-usul dan tradisi budaya – dan kini hal itu terancam,” ungkapnya dalam komentar jurnal Nature.

Sekelompok astronom dari Spanyol, Portugal dan Italia mengimbau para ilmuwan untuk “menghentikan serangan” terhadap malam alami ini.

Para astronom menyerukan pembatasan mega-konstelasi satelit secara drastis, sambil mengatakan, “kita tidak boleh menolak kemungkinan untuk melarangnya.”

Mereka mengatakan bahwa terlalu “naif untuk berharap bahwa industri antariksa yang meroket ini akan membatasi dirinya sendiri, jika tidak terpaksa,” mengingat kepentingan ekonomi yang dipertaruhkan. [rd/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG