Sri Lanka meminta perusahaan minyak di negara-negara penghasil minyak pada Selasa (26/7) untuk mengimpor dan menjual BBM mereka di negara yang berada di Pulau Samudra Hindia itu. Langkah tersebut diharapkan akan membantu Sri Lanka mengatasi kekurangan BBM akut saat krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa menghantam negara ini.
Cadangan devisa yang menipis telah membuat negara berpenduduk 22 juta itu tidak mampu membayar impor barang-barang kebutuhan primer, mulai dari BBM hingga makanan dan obat-obatan.
"Sebuah iklan diterbitkan hari ini menyerukan ekspresi minat (EOI) bagi perusahaan minyak untuk mengimpor, mendistribusikan, dan menjual BBM di Sri Lanka," cuit Kanchana Wijesekera, Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka.
Berita itu menyusul keputusan Sri Lanka pada bulan lalu untuk membuka keran impor dan penjualan sejenis itu, karena Kolombo sedang berjuang untuk memastikan keamanan pasokan bensin dan solar domestik.
Persetujuan penjualan BBM bagi perusahaan minyak yang dipilih pemerintah pada nantinya akan mengakhiri duopoli pasar yang melibatkan anak perusahaan India Oil Corp yang dikelola negara.
Ceylon Petroleum Corp (CPC) yang dimiliki pemerintah, yang menguasai sekitar 80 persen pasar dengan jaringan nasional 1.190 stasiun bahan bakar, akan berbagi SDM dan fasilitas BBMnya kepada perusahaan asing yang baru, kata pemerintah dalam pemberitahuannya.
Sri Lanka mengalami krisis ekonomi terburuk sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1948. Carut marut kondisi ekonomi negara tersebut berakar pada salah urus ekonomi dan pandemi COVID-19 yang berdampak besar pada negara yang sangat bergantung pada sektor pariwisata itu.
Para pengunjuk rasa yang marah tentang kondisi itu menggulingkan keluarga penguasa Rajapaksa dan mendorong pembentukan pemerintahan baru. Mereka berhasil memaksa Gotabaya Rajapaksa, yang saat ini sedang melarikan diri ke Singapura, untuk mengundurkan diri pada bulan ini. [ah/rs]
Forum