Para atlet yang melakukan protes politik atau memprotes keadilan sosial di Olimpiade Tokyo, Kamis (22/4), dijanjikan akan mendapat dukungan hukum dari serikat global dan kelompok aktivis di Jerman.
Janji itu disampaikan satu hari setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengkonfirmasi larangan lama terhadap "demonstrasi atau propaganda politik, agama atau rasial" di lapangan pertandingan, podium medali atau upacara resmi.
Mengacungkan tinju atau berlutut saat lagu kebangsaan dikumandangkan bisa mendapat hukuman dari IOC. Komisi hukum badan Olimpiade harus mengklarifikasi jenis hukuman sebelum pertandingan Olimpiade tahun ini, yang dibuka pada 23 Juli.
IOC juga mengatakan slogan seperti "Black Lives Matter" tidak akan diizinkan pada pakaian atlet di tempat Olimpiade, meskipun memperbolehkan penggunaan kata-kata "damai", "hormat", "solidaritas", "inklusi", dan "kesetaraan" pada kaos-kaos.
Komisi atlet IOC mengutip dukungan untuk menegakkan Aturan 50 Piagam Olimpiade dari lebih dua pertiga dari sekitar 3.500 jawaban kelompok-kelompok konsultasi atlet.
"Hasil ini persis seperti yang kami perkirakan," kata Brendan Schwab, direktur eksekutif serikat Asosiasi Pemain Dunia. "Gerakan Olimpiade tidak memahami sejarahnya sendiri sebaik para atlet."
Berbicara kepada kantor berita Associated Press dalam wawancara telepon dari Australia, Schwab mengatakan "Setiap atlet yang mendapat sanksi di Olimpiade Tokyo akan mendapat dukungan penuh dari para Pemain Dunia."
Kelompok independen yang mewakili atlet Jerman menjanjikan dukungan hukum untuk tim nasionalnya. [my/ka]