Para pemimpin Australia dan Jepang mengadakan pembicaraan tatap muka, Selasa (17/11), untuk meningkatkan hubungan pertahanan antara kedua sekutu Amerika Serikat itu dalam melawan keagresifan China yang kian berkembang di kawasan Asia-Pasifik, di tengah transisi dalam kepemimpinan AS.
Kedua negara itu hampir mencapai Kesepakatan Akses Timbal Balik, sebuah kerangka hukum yang memungkinkan pasukan mereka saling mengunjungi untuk melakukan latihan dan operasi gabungan.
Selama pembicaraan di Tokyo, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan mitranya dari Jepang, Yoshihide Suga, membahas lebih lanjut kesepakatan tersebut, namun tidak jelas apakah pembicaraan tersebut merupakan pembicaraan tahap final. Mereka juga membahas virus corona dan ekonomi, kata sejumlah pejabat Jepang.
Jika ditandatangani, kesepakatan itu akan menjadi pakta pertahanan pertama Jepang sejak tercapainya perjanjian militer Jepang-AS tahun 1960 untuk mendirikan sejumlah pangkalan bagi sekitar 50.000 tentara Amerika untuk beroperasi di Jepang dan sekitarnya.
Jepang berkomitmen untuk mempertahankan dan memperdalam aliansi yang telah berusia 60 tahun dengan AS sebagai landasan diplomasi dan keamanannya, tetapi dalam beberapa tahun terakhir berusaha untuk melengkapi pertahanan regionalnya dengan meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak lain, terutama Australia, di tengah meningkatnya aktivitas maritim China di Laut China Timur dan Selatan dan sekitarnya.
Jepang menganggap Australia sebagai sekutunya dan kedua negara menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan pada 2007 -- yang pertama bagi Jepang dengan negara selain AS. Kedua negara sepakat berbagi pasokan militer pada 2013, dan memperluas kesepakatan itu pada 2017, sehingga mencakup amunisi, setelah Jepang melonggarkan pembatasan transfer peralatan senjata.
Jepang telah memprakarsai visi “Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka'' mengenai kerja sama ekonomi dan keamanan untuk melawan pengaruh China, dan baru-baru ini menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat menteri luar negeri di antara negara-negara yang dikenal sebagai Quad, yang juga mencakup AS, Australia, dan India.
Keempat negara tersebut sekarang berusaha melibatkan lebih banyak negara, dari Asia Tenggara dan sekitarnya, yang memiliki keprihatinan yang sama tentang meningkatnya agresivitas China di kawasan tersebut.
China membela aktivitas lautnya di kawasan itu dan menyangkal melanggar peraturan internasional. Ia mengkritik Quad sebagai NATO di Asia untuk melawan China.
Terlepas dari konstitusinya yang melarang keterlibatan dalam perang, pengeluaran pertahanan Jepang berada di antara 10 besar dunia, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm. Australia termasuk di antara 15 besar. [ab/uh]