Australia akan melakukan boikot diplomatik atas Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 mendatang, yang mencerminkan langkah serupa dengan Amerika Serikat.
Perdana Menteri Scott Morrison mengumumkan boikot itu pada hari Rabu (8/12) di Canberra, mengutip berbagai masalah termasuk tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap dan penolakan Beijing untuk mengadakan pembicaraan bilateral guna menyelesaikan sengketa perdagangan dan diplomatik yang masih mengganjal.
Boikot diplomatik berarti bahwa tidak ada pejabat Australia yang akan menghadiri acara Olimpiade Beijing, tetapi para atletnya masih akan diizinkan untuk berpartisipasi.
Hubungan antara Australia dan China telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, dimulai ketika Canberra melarang raksasa teknologi yang berbasis di China, Huawei, membangun jaringan broadband 5G barunya. Hubungan menjadi lebih buruk karena dorongan Australia untuk penyelidikan independen tentang asal usul pandemi COVID-19, yang pertama kali terdeteksi pada akhir 2019 di Wuhan, China tengah.
Beijing telah membalas dengan memberlakukan tarif tinggi pada impor jelai dari Australia, dan memberlakukan pembatasan ketat pada impor anggur, daging sapi, dan komoditas lainnya. China juga marah dengan keputusan Australia baru-baru ini untuk membeli kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari pakta pertahanan baru dengan Inggris dan Amerika Serikat.
Perdana Menteri Morrison mengatakan “tidak ada hambatan” di pihak Australia untuk mengadakan pembicaraan dengan China mengenai masalah ini, tetapi dia menekankan negaranya “tidak akan mundur dari posisi kuat yang kami miliki untuk membela kepentingan Australia.”
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menepis pengumuman Morrison tersebut, dan mengatakan kepada para wartawan “tidak ada yang peduli” apakah pejabat Australia menghadiri Olimpiade atau tidak. [lt/ab]
