Iran, Selasa (2/2) mengatakan mengizinkan sekitar 20 awak kapal tanker Korea Selatan meninggalkan negara itu atas dasar kemanusiaan. Kapal itu disita hampir sebulan lalu atas dugaan pencemaran.
Korps Garda Revolusi Islam menyita kapal tanker Hankuk Chemi dan menangkap para awaknya yang berasal dari berbagai negara di dekat selat Hormuz yang strategis 4 Januari lalu, dengan mengatakan kapal itu mencemari perairan tersebut.
Perkembangan itu terjadi sementara Teheran mendesak Seoul untuk membebaskan miliaran dolar aset-aset Iran yang dibekukan di Korea Selatan karena sanksi-sanksi Amerika.
“Dalam langkah kemanusiaan Iran, awak kapal tanker Korea Selatan yang dituduh mencemari lingkungan Teluk Persia diizinkan untuk meninggalkan Iran,” demikian pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh.
Izin bagi para awak kapal untuk meninggalkan negara itu diberikan atas “permintaan pemerintah Korea Selatan dan bekerja sama dengan Departemen Kehakiman di Iran,” ujar Saeed Khatibzadeh.
Ia tidak menjelaskan apakah para awak kapal itu sudah meninggalkan Iran.
Kasus kapal tanker itu dan kaptennya masih dalam pemeriksaan, tambahnya tanpa menjelaskan lebih jauh. Para awak yang ditahan itu berasal dari Korea Selatan, Indonesia, Vietnam dan Myanmar.
Mantan presiden AS, Donald Trump pada 2018 mundur dari perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara besar dunia. Amerika kemudian menerapkan sanksi-sanksi yang melumpuhkan Iran.
Iran adalah pemasok minyak penting untuk Korea Selatan yang minim sumber daya, sampai peraturan AS menghalangi pembelian dari Iran.
Menurut juru bicara pemerintah Ali Rabiei, Iran memiliki tujuh miliar dolar dana yang ditahan di Seoul.
Dana itu tidak bisa ditransfer ataupun mendapat bunga, tapi Iran menetapkan bunga, kata Rabiei.
Iran berkali-kali membantah keterkaitan penyitaan kapal itu dengan dana yang ditahan tersebut. [my/lt]