Pada sore hari debu coklat menghalangi sinar matahari dan lapisan debu menempel di atas kaca lemari tokonya. Abbass, usia 21 tahun, mengemas lemari kecil perhiasan sementara ayahnya menghitung di sebuah kalkulator.
Badai pasir di timur laut Suriah berlangsung seharian dan tidak ada gunanya membuka tokonya hari itu.
Para pembeli berlindung di tokonya bersama beberapa tetangga, berharap badai akan segera berlalu. Mereka hanya bersedia memberi nama kecil mereka, dan sambil bercanda mengatakan, mungkin saja Presiden Bashar al-Assad berkuasa kembali dan mencari sisa-sisa pemberontak dan anggota ISIS, sehingga mereka tidak mau mengambil risiko dan membeberkan semuanya kepada wartawan.
Pada tahun 2012, ketika perang sipil Suriah memburuk, pemerintahan Assad masih menguasai al-Shadady. Pada tahun 2013, kelompok pemberontak dan kelompok Islam mengambil alih. Satu setengah tahun kemudian, ISIS menyerbu masuk. Tahun lalu, pasukan Demokratik pimpinan Kurdi mengambil alih.
Abdou, penjual sayuran mengatakan, kota itu sangat aman kini dengan otoritas Kurdi yang berkuasa. Tetapi tidak ada listrik, rumah sakit ditutup, dan untuk membeli bahan bakar yang mahal diperlukan dokumen dan izin.
Badai debu berhembus terus berjam-jam, dan orang-orang akhirnya keluar juga dari rumah mereka, meskipun badai masih berlangsung. Pejalan kaki menelusuri jalan sambil membungkukkan kepala sementara tiupan pasir berlangsung, dan beberapa pengendara sepeda motor menutup wajah mereka dengan masker. [ps/jm]