Badai Man-yi menghantam Filipina pada Minggu (17/11), menyusul munculnya cuaca ekstream yang terjadi secara anomali di negara tersebut. Badai berkekuatan dahsyat itu menumbangkan pohon, merobohkan kabel listrik, dan menerbangkan atap rumah yang terbuat dari seng.
Man-yi membawa angin kencang dengan kecepatan maksimum 185 kilometer per jam setelah menerjang Pulau Catanduanes yang berpenduduk sedikit pada Sabtu (16/11) malam.
Lebih dari 650.000 orang mengungsi sebelum Man-yi melanda, setelah layanan cuaca nasional memperingatkan potensi dampak badai yang "berbahaya dan mengancam jiwa."
"Tidak ada korban yang dilaporkan, mungkin karena orang-orang mematuhi perintah evakuasi," kata Kepala Operasi Bencana Provinsi Catanduanes, Roberto Monterola, kepada AFP pada Minggu, saat upaya pembersihan di pulau itu sedang berlangsung.
"Semua kota mengalami kerusakan, tetapi kami perkirakan kota-kota di utara akan mengalami lebih banyak masalah," kata Monterola.
Man-yi diperkirakan akan "sedikit melemah" sebelum menerjang Luzon, pulau terpadat sekaligus pusat ekonomi Filipina, pada Minggu sore, menurut para peramal cuaca.
Kotamadya Panganiban di timur laut Catanduanes terkena dampak langsung Man-yi.
Foto-foto yang dibagikan di halaman Facebook Wali Kota Cesar Robles menunjukkan kabel listrik tumbang, rumah-rumah rusak, dan pohon-pohon serta lembaran seng berserakan di jalan.
Man-yi menjadi badai keenam dalam sebulan terakhir yang melanda Filipina. Sebelumnya, setidaknya 163 orang tewas akibat badai sebelumnya, yang juga mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal serta menghancurkan tanaman dan ternak.
Perubahan iklim meningkatkan intensitas badai, yang menyebabkan hujan lebat, banjir bandang, dan hembusan angin kencang.
Sekitar 20 badai besar dan topan menghantam Filipina atau perairan sekitarnya setiap tahun, menelan banyak korban jiwa. Namun, jarang terjadi serangkaian peristiwa cuaca ekstrem dalam waktu singkat seperti ini.
Pada lintasannya saat ini, Man-yi diperkirakan akan melintasi utara Manila dan bergerak menuju Laut China Selatan pada Senin (18/11).
Man-yi melanda Filipina di akhir musim topan, di mana sebagian besar siklon terjadi antara Juli dan Oktober.
Awal bulan ini, empat badai berkumpul secara bersamaan di cekungan Pasifik. Menurut Badan Meteorologi Jepang kepada AFP, fenomena tersebut terjadi sejak pengamatan dimulai pada 1951. [ah/ft]
Forum