Badan Pangan Dunia (WFP) mengatakan akan meningkatkan operasi daruratnya di Republik Afrika Tengah untuk memberikan bantuan kepada satu juta orang lebih dalam enam bulan mendatang. Meski demikian badan PBB itu berusaha mengatasi situasi yang makin tidak aman, khususnya di ibukota Bangui.
Sebagian besar pertempuran di Republik Afrika Tengah adalah antara bekas pemberontak Seleka yang Muslim, dan pasukan pembela Kristen yang dikenal sebagai anti Balaka.
Juru bicara Badan Pangan Dunia/WFP Peter Smerdon memaparkan operasi-operasi kemanusiaan WFP di negara itu.
"Kami berusaha menjangkau warga yang paling rentan di mana saja kami temukan. Kami membagikan makanan di berbagai tempat hingga kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 50 orang. Kami membagikan makanan dimana saja yang kami bisa, di RS, rumah yatim piatu, gereja dan masjid. Secara keseluruhan sejak perang meningkat tanggal 5 Desember kami sudah menjangkau sekitar 200 ribu orang di Republik Afrika Tengah. Tapi Afrika Tengah merupakan tempat yang sangat sulit untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan, dan ada kebutuhan pangan yang sangat besar karena kekerasan ini," papar Smerdon.
Meskipun WFP sudah bisa mencapai sekitar 200 ribu orang, menurut Smerdon masih banyak lagi yang membutuhkan pertolongan.
Kini pembagian makanan di Bangui dilakukan secara sporadis mengingat kekerasan di sana.
Smerdon menambahkan, "Kami membagikan makanan di Bangui jika situasi memungkinkan. Ada tempat-tempat tertentu yang bergejolak di kawasan itu diluar bandara Bangui. Kami sudah membagikan makanan kepada sekitar 40 ribu orang disana. Tapi karena situasi kembali tidak aman, untuk sementara kami tunda. Kami sedang mengupayakan bagaimana kami bisa mencapai sekurangnya 14 ribu dari 40 ribu orang yang belum mendapat pembagian kami dan menyediakan makanan secara lebih teratur."
Sementara sebagian bantuan makanan mengalir ke Republik Afrika Tengah, WFP sudah melakukan penyimpanan makanan di negara itu.
Di luar ibukota, di Bossangoa, Smerdon mengatakan situasi relatif tenang dibandingkan dengan kondisi yang makin buruk di ibukota. WFP telah menyediakan ransum pangan selama satu bulan disana bagi sekitar 41 ribu orang. Hampir seluruhnya mengungsi karena perang.
Sebagian besar pertempuran di Republik Afrika Tengah adalah antara bekas pemberontak Seleka yang Muslim, dan pasukan pembela Kristen yang dikenal sebagai anti Balaka.
Juru bicara Badan Pangan Dunia/WFP Peter Smerdon memaparkan operasi-operasi kemanusiaan WFP di negara itu.
"Kami berusaha menjangkau warga yang paling rentan di mana saja kami temukan. Kami membagikan makanan di berbagai tempat hingga kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 50 orang. Kami membagikan makanan dimana saja yang kami bisa, di RS, rumah yatim piatu, gereja dan masjid. Secara keseluruhan sejak perang meningkat tanggal 5 Desember kami sudah menjangkau sekitar 200 ribu orang di Republik Afrika Tengah. Tapi Afrika Tengah merupakan tempat yang sangat sulit untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan, dan ada kebutuhan pangan yang sangat besar karena kekerasan ini," papar Smerdon.
Meskipun WFP sudah bisa mencapai sekitar 200 ribu orang, menurut Smerdon masih banyak lagi yang membutuhkan pertolongan.
Kini pembagian makanan di Bangui dilakukan secara sporadis mengingat kekerasan di sana.
Smerdon menambahkan, "Kami membagikan makanan di Bangui jika situasi memungkinkan. Ada tempat-tempat tertentu yang bergejolak di kawasan itu diluar bandara Bangui. Kami sudah membagikan makanan kepada sekitar 40 ribu orang disana. Tapi karena situasi kembali tidak aman, untuk sementara kami tunda. Kami sedang mengupayakan bagaimana kami bisa mencapai sekurangnya 14 ribu dari 40 ribu orang yang belum mendapat pembagian kami dan menyediakan makanan secara lebih teratur."
Sementara sebagian bantuan makanan mengalir ke Republik Afrika Tengah, WFP sudah melakukan penyimpanan makanan di negara itu.
Di luar ibukota, di Bossangoa, Smerdon mengatakan situasi relatif tenang dibandingkan dengan kondisi yang makin buruk di ibukota. WFP telah menyediakan ransum pangan selama satu bulan disana bagi sekitar 41 ribu orang. Hampir seluruhnya mengungsi karena perang.