Selama pekan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024, pasar memberikan respons cukup positif.
Data perdagangan saham pada pekan ini mayoritas ditutup di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (15/2) naik 1,46 persen atau 105,19 poin menjadi 7.314,93 pada pembukaan perdagangan. Sementara pada perdagangan Jumat (16/2), IHSG ditutup menguat 0,63 persen atau naik 46,018 poin ke level 7.349,299.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan hasil hitung cepat atau quick count sementara yang menempatkan paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming unggul disambut baik oleh pasar. Meski begitu, menurutnya, secara umum pasar saham selalu menyambut positif siapapun paslon yang memimpin.
“Memang menjadi kebiasaan di pasar itu, setiap kali ada pemimpin baru pasar selalu menguat karena ada ekspektasi baru, harapan tentang pemerintahan,” ungkap Hans.
Selain itu, berjalannya pilpres di Indonesia dengan baik sejauh ini menjadi salah satu faktor IHSG berada di zona hijau. Kenapa? Karena satu faktor ketidakpastian tentu menjadi berkurang. Hans menjelaskan dari faktor eksternal atau global, pasar masih diliputi berbagai ketidakpastian seperti menunggu kapan The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan mereka, serta berbagai konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai.
“Jadi di tengah ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, ketika Pilpres Indonesia punya pemenang, itu pasti diapresiasi, karena satu risiko berkurang di tengah global risk yang relatif tinggi. Itu yang kita lihat di pasar,” tuturnya.
Optimisme ini, katanya, juga terlihat dari banyaknya investor yang cenderung menempatkan modal mereka di tanah air, sehingga terjadi aliran modal asing atau capital inflow yang masuk.
“Tapi biasanya optimisme itu jangka pendek. Artinya ke depan orang pasti menunggu apa realisasi program dan pergerakannya, tapi minimal bahwa risk-nya berkurang. Kita juga lihat bahwa di global itu kan terjadi pergeseran, tadinya Indonesia masuk satu dari lima negara yang sangat berisiko terjadi capital outflow. Tetapi seiring dengan perubahan struktural yang dilakukan pemerintah dan lain-lain, kita melihat bahwa Indonesia sudah dianggap keluar dari sana,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh ekonom Indef Nailul Huda. Ia mengatakan dengan perolehan suara sementara ini, mengindikasikan bahwa pemilu akan berjalan satu putaran. Menurutnya, hal ini sangat disambut positif oleh pasar. Selain itu, para investor, katanya juga tidak condong kepada paslon tertentu. Kepastian pemilu berjalan dengan baik dan satu putaran yang sangat diapresiasi oleh pasar.
“Biasanya bagi investor itu yang mereka suka. Oh dia sudah pasti nih, berarti nanti ke depannya sektor-sektor mana yang bisa naik. Makanya kemarin beberapa sektor infrastruktur dan konstruksi hijau banget. Lalu dari sisi Pak Prabowo sendiri kan, di belakang kan juga banyak lah yang dia pemain-pemain saham kelas kakap, terutama Boy Thohir,” ungkap Nailul.
Lalu bagaimana dengan perekonomian tanah air di tangan kepemimpinan Prabowo-Gibran dalam lima tahun ke depan?
Nailul memprediksi bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak akan jauh dari level 5 persen. Pasalnya tagline dari paslon 02 ini adalah mengenai keberlanjutan daripada pemerintahan dari Presiden Jokowi. Menurutnya, ketika tidak ada gebrakan yang signifikan dalam kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah baru tersebut, maka pertumbuhan ekonominya akan cenderung stagnan di level 5 persen.
“Bahkan kalau saya lihat beberapa proyeksi dari lembaga internasional atau nasional, itu akan lebih rendah dari angka 5 persen. Kalau saya tebakannya di angka 4,9 sampai 5 persen. Jadi memang tidak akan sampai ke titik di mana 7 persen seperti yang janjikan oleh semua paslon,” jelasnya.
Kebijakan yang digadang-gadang oleh paslon 02 dengan pembagian makan siang gratisnya juga dinilai Nailul belum bisa berdampak signifikan terhadap peningkatan atau percepatan pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke depan.
Ia pun menyoroti kabar yang beredar bahwa paslon 02 tersebut akan memangkas subsidi BBM demi mewujudkan program makan siang gratis. Hal ini dikarenakan selama ini subsidi BBM tersebut dinilai kurang tepat sasaran.
Nailul mengatakan bahwa kebijakan tersebut kurang tepat. Pasalnya, multiplier effect subsidi BBM ini cukup besar, seperti salah satunya kepada sektor transportasi untuk mengangkut bahan-bahan makanan pokok ke seluruh penjuru Tanah Air. Menurutnya apabila kebijakan ini dilakukan, maka pemerintah ke depan harus bersiap dengan inflasi yang melonjak, sehingga bisa menekan daya beli masyarakat.
“Terakhir di kenaikan Pertalite itu di tahun 2022, yang menyebabkan inflasi 5,75 persen. Itu pun harus dibantu Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuannya. Akhirnya pergerakan kredit itu cukup melambat. Ketika itu direncanakan untuk naik, yang pasti pemerintah akan menghadapi inflasi yang cukup tinggi,” katanya.
Prabowo-Gibran, katanya, juga perlu menjabarkan bagaimana mekanisme makan siang gratis yang menjadi program unggulan paslon ini. Pasalnya, sama seperti subsidi BBM yang dikatakan tidak tepat sasaran, program makan siang gratis pun cukup tinggi kemungkinan untuk tidak tepat sasaran.
“Saya belum mendengar secara konkretnya untuk makan siang gratis itu apakah akan diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu, siswa yang tidak mampu, atau itu akan dibagi rata seluruh sekolah. Kalau dia dibagikan merata, ya sama aja kan artinya kita memberikan makan siang gratis kepada siswa kaya, kepada siswa yang mampu. Jadi kalau diberikan secara sepenuhnya full kepada seluruh siswa, itu juga sama saja seperti subsidi BBM,” pungkasnya. [gi/ah]
Forum