Sebuah truk baru pengiriman sisa makanan tiba di pabrik ‘limbah-hasilkan-energi’ tersebut di bagian utara Melbourne, Australia. Diangkut menjadi wadah, limbah yang berasal dari sisa makanan tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin-mesin berat untuk diubah menjadi bubur kertas.
Pat McCafferty, Direktur Operasional Yarra Valley Water menjelaskan, “Pada dasarnya apa yang kami lakukan di sini adalah mengubah limbah makanan menjadi energi terbarukan menggunakan gas yang dihasilkan saat kita kelaparan oksigen. Jadi, mekanismenya persis seperti cara kerja perut manusia.”
Dalam pengelolaan limbah ibarat sistem “pencernaan buatan” tersebut, sampah sisa makanan dimasukkan kemudian dipindahkan ke tangki raksasa. Produk akhirnya? Tidak lain berupa cairan bubur berwarna kecoklatan.
"Pada saatnya nanti, ketika proses secara biologi mulai bekerja dalam limbah sisa makanan itu, yang mana menghasilkan bio-gas untuk dapat digunakan,” kata Damien Bassett, salah seorang manajer pada Yarra Valley Water yang menjelaskan lebih lanjut cara dan proses itu melalui rangkaian pipa-pipa saluran.
Pabrik tersebut dapat mengelola 33.000 ton sampah makanan dalam setahun dan menghasilkan cukup sumber daya energi yang dapat diasup oleh sekitar 750.000 rumah. McCafferty menyebutkan wilayah Victoria-Australia menghasilkan lebih dari 2 juta ton sampah makanan per tahun. Lebih jauh ia menambahkan, "Jadi, masih banyak lagi yang bisa digunakan. Kami berencana untuk mendirikan sebuah pabrik kedua milik kami sendiri dan tentunya dengan ruang lingkup yang lebih lagi.”
Ada sekitar 20 pabrik limbah-hasilkan-energi di Victoria dan sejumlah proposal diajukan untuk pengelolaan limbah lebih banyak lagi. Namun tidak semua dari mereka memiliki kredensial hijau yang sama.
Sebuah pabrik pengolahan limbah "Maryvale Mill Gippsland" yang diajukan di timur laut Melbourne akan membakar sampah rumah tangga, mengundang perhatian sejumlah kelompok pemerhati lingkungan. “Terkait akan hal itu, kemungkinan terjadi masalah dengan timbulnya suatu penghalang terhadap barang-barang yang seharusnya dapat didaur-ulang untuk benar-benar didaur ulang,” ungkap Nick Aberle dari LSM Environment Victoria.
Pada tahun 2018, China memutuskan untuk berhenti mengimpor sejumlah barang daur ulang tingkat rendah yang mengakibatkan sistem daur ulang Australia menjadi kacau balau. Krisis daur ulang tersebut menimbulkan perdebatan apa yang Australia akan lakukan dengan limbah-limbahnya. [mg/lt]
