Jika Anda melihat seekor kecoa berlarian di restoran, Anda mungkin ingin segera pergi dan makan di tempat lain. Serangga ini diketahui sebagai inang berbagai jenis kuman yang antara lain dapat menyebabkan keracunan makanan. Tetapi bagaimana jika kecoa menjadi hidangan makan malam Anda?
Para peneliti mendapati bahwa serangga penyengat yang memangsa kecoa telah mengubah cara melindungi diri mereka dari berbagai jenis kuman yang terdapat pada hewan yang mereka mangsa. Temuan ini ternyata juga berguna bagi manusia.
Masa pertumbuhan larva emerald jewel wasp, sejenis serangga penyengat berwarna hijau jamrud, berlangsung di dalam tubuh kecoa. Pada masa itu, larva serangga ini memakan hewan inangnya, kata pakar biologi Gudrun Herzner, di Universitas Regensburg, Jerman. “Jadi, kecoa adalah satu-satunya sumber makanan dan tempat bertumbuhnya serangga itu,” paparnya.
Kecoa senang hidup di tempat-tempat sangat kotor, mulai dari timbunan sampah hingga WC umum. Di sana orang bisa menemukan bakteri, jamur dan virus yang luar biasa banyaknya. Mikroba-mikroba ini bukan hanya dapat merusak selera makan, tetapi juga dapat merusak makanan dan membuat orang sakit.
Herzner mengatakan, pada dasarnya larva serangga tersebut menghadapi masalah yang sama dengan yang dihadapi manusia. “Pertama-tama, larva harus melindungi makanannya dari kerusakan oleh mikroba, dan kemudian harus melindungi diri dari penyakit-penyakit dari makanan yang mungkin disebabkan oleh mikroba-mikroba itu,” paparnya lagi.
Sewaktu larva serangga itu mencari jalan keluar dari tubuh kecoa pembawa mikroba, larva tersebut mengeluarkan sejumlah besar cairan bening. Herzner mengatakan, “Kami mendapati sekresi tersebut terdiri dari substansi antimikroba. Larva tampaknya mengeluarkan sekresi ini ke seluruh bagian dalam tubuh kecoa, dan inilah cara membersihkan kecoa inangnya dari mikroba.”
Herzner menyatakan inilah pertama kalinya para peneliti menemukan serangga yang menggunakan substansi semacam itu untuk membasmi mikroba.
Tetapi kemungkinan masih ada bahan semacam itu lainnya. Pakar mikrobiologi Julian Davies di Universitas British Columbia mengatakan, ebagian besar antibiotika yang digunakan para dokter ditemukan dari berbagai mikroba yang hidup di tanah. Tetapi jika para peneliti berpaling ke dunia serangga, kata Davies, mereka akan menemukan sumber-sumber antibiotik baru.
Bahan kimia yang ditemukan Herzner keluar dari larva emerald jewel wasp dapat mengatasi kuman-kuman penyebab TBC dan Hepatitis C.
Tetapi, seperti berbagai bahan antimikroba lainnya yang ditemukan di tempat-tempat lain baru-baru ini, mulai dari kulit katak hingga darah panda, tak satupun yang sudah dijadikan obat. Davies mengatakan sulit untuk mengambil sejumlah bahan kimia aktif yang bermanfaat dari sumber-sumber tersebut. Karena itu, akan sulit pula untuk memproduksinya di laboratorium. Masalah lainnya adalah separuh dari bahan-bahan tersebut ternyata beracun, ujar Davies.
Para peneliti mendapati bahwa serangga penyengat yang memangsa kecoa telah mengubah cara melindungi diri mereka dari berbagai jenis kuman yang terdapat pada hewan yang mereka mangsa. Temuan ini ternyata juga berguna bagi manusia.
Masa pertumbuhan larva emerald jewel wasp, sejenis serangga penyengat berwarna hijau jamrud, berlangsung di dalam tubuh kecoa. Pada masa itu, larva serangga ini memakan hewan inangnya, kata pakar biologi Gudrun Herzner, di Universitas Regensburg, Jerman. “Jadi, kecoa adalah satu-satunya sumber makanan dan tempat bertumbuhnya serangga itu,” paparnya.
Kecoa senang hidup di tempat-tempat sangat kotor, mulai dari timbunan sampah hingga WC umum. Di sana orang bisa menemukan bakteri, jamur dan virus yang luar biasa banyaknya. Mikroba-mikroba ini bukan hanya dapat merusak selera makan, tetapi juga dapat merusak makanan dan membuat orang sakit.
Herzner mengatakan, pada dasarnya larva serangga tersebut menghadapi masalah yang sama dengan yang dihadapi manusia. “Pertama-tama, larva harus melindungi makanannya dari kerusakan oleh mikroba, dan kemudian harus melindungi diri dari penyakit-penyakit dari makanan yang mungkin disebabkan oleh mikroba-mikroba itu,” paparnya lagi.
Sewaktu larva serangga itu mencari jalan keluar dari tubuh kecoa pembawa mikroba, larva tersebut mengeluarkan sejumlah besar cairan bening. Herzner mengatakan, “Kami mendapati sekresi tersebut terdiri dari substansi antimikroba. Larva tampaknya mengeluarkan sekresi ini ke seluruh bagian dalam tubuh kecoa, dan inilah cara membersihkan kecoa inangnya dari mikroba.”
Herzner menyatakan inilah pertama kalinya para peneliti menemukan serangga yang menggunakan substansi semacam itu untuk membasmi mikroba.
Tetapi kemungkinan masih ada bahan semacam itu lainnya. Pakar mikrobiologi Julian Davies di Universitas British Columbia mengatakan, ebagian besar antibiotika yang digunakan para dokter ditemukan dari berbagai mikroba yang hidup di tanah. Tetapi jika para peneliti berpaling ke dunia serangga, kata Davies, mereka akan menemukan sumber-sumber antibiotik baru.
Bahan kimia yang ditemukan Herzner keluar dari larva emerald jewel wasp dapat mengatasi kuman-kuman penyebab TBC dan Hepatitis C.
Tetapi, seperti berbagai bahan antimikroba lainnya yang ditemukan di tempat-tempat lain baru-baru ini, mulai dari kulit katak hingga darah panda, tak satupun yang sudah dijadikan obat. Davies mengatakan sulit untuk mengambil sejumlah bahan kimia aktif yang bermanfaat dari sumber-sumber tersebut. Karena itu, akan sulit pula untuk memproduksinya di laboratorium. Masalah lainnya adalah separuh dari bahan-bahan tersebut ternyata beracun, ujar Davies.