Meningkatnya penyebaran virus corona yang ditandai dengan bertambahnya pasien positif corona menjadi alasan Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) membuat bilik sterilisasi, yang dapat menyemprotkan uap desinfektan pada orang yang masuk ke dalam bilik. Perangkat ini menurut Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS), Tri Arif Sardjono, lebih efektif mengurangi hingga menghilangkan bakteri, kuman, hingga virus yang menempel pada tubuh manusia, dibandingkan hanya menggunakan penyanitasi tangan (hand sanitizer).
“Ini hanya salah satu cara ketika orang ini terpapar oleh bakteri, kuman, atau virus, paling tidak sterilisasi yang dilakukan ini bisa membunuh, kalau tidak semua mungkin sebagian. Dan ini tentu saja kalau memang ada virus yang masuk, imun kita tidak terlalu bebannya banyak. Jadi, dia kalau kuman ada, bakteri ada, dimasuki virus, imunnya tentunya terlalu berat untuk melawan itu,” kata Tri Arif Sardjono.
Dosen Teknik Komputer Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS), Dwi Edi Setyawan, menerangkan sistem kerja perangkat yang mengubah cairan desinfektan menjadi uap itu, sehingga orang yang menggunakan bilik sterilisasi ini tidak merasakan basah seperti bila disemprot cairan.
“Desinfektan itu ditaruh di seperti pompa, namanya mist machine, jadi mengubah cairan menjadi partikel-partikel air, tapi partikelnya itu sangat kecil sekali, sehingga kalau disemburkan jadi seperti asap, tapi dia encer, dia sebenarnya cair. Dari cairan itu masuk ke mist machine, kemudian diubah menjadi uap air, diarahkan ke sebuah ruangan. Nah, dari ruang itu nanti orang tinggal masuk kemudian kena cairan, kena uap airnya (desinfektan) itu sehingga tubuh orang yang masuk itu menjadi steril,” kata Dwi Edi Setyawan.
Tidak hanya bilik sterilisasi, Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS), kata Tri Arif Sardjono, juga membuat model terowongan, yang dapat dilalui banyak orang tanpa harus menunggu giliran.
“Kalau ini (orang) harus berhenti, harus berputar (memutar badan), nah kita memikirkan perlu waktu lama. Kalau antrian sudah pasti banyak, jadi panjang, kalau yang tunnel dia hanya lewat, hanya lewat dan terus, terus (jalan) gitu, jadi antriannya harapannya tidak ada,” jelasnya.
Dua model perangkat sterilisasi manusia ini, kata Tri Arif, telah ditunjukkan ke Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang memesan untuk ditempatkan di beberapa tempat, termasuk di Balai Kota Surabaya. Tri Arif berharap, semua pihak dapat memanfaatkan perangkat ini, dan dapat ditempatkan di tempat-tempat keramaian untuk mengurangi dan mencegah penyebaran virus corona di masyarakat.
“Bisa dipasang terutama di tempat keramaian ya, artinya di kantor terutama, yang urgent, ynag kita tidak bisa stay di rumah, karena sekarang kan ada imbauan bahwa kita harus stay dan menjaga jarak, dan itu benar. Tetapi, ada beberapa yang urgent, yang kita harus stay di kantor, ya ini harus ada,” imbuh Tri Arif Sardjono.
Tri Arif mengaku, akan menguji coba perangkat ini bersama pihak-pihak terkait, seperti Dinas Kesehatan, dan sejumlah disiplin ilmu di berbagai universitas untuk memastikan efektivitas kerja perangkat ini terhadap virus corona. [pr/ab]