Tautan-tautan Akses

Bantu Perangi Geng di Haiti, Jamaika Kerahkan Tentara dan Polisi 


Anggota pasukan militer Kenya yang ditugaskan ke Haiti tampak berdiri di dekat kendaraan militer di Port-au-Prince, menjelang kedatangan Menteri Luara Negeri AS Antony Blinken pada 5 September 2024. (Foto: Roberto Schmidt/Pool via AP)
Anggota pasukan militer Kenya yang ditugaskan ke Haiti tampak berdiri di dekat kendaraan militer di Port-au-Prince, menjelang kedatangan Menteri Luara Negeri AS Antony Blinken pada 5 September 2024. (Foto: Roberto Schmidt/Pool via AP)

Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness mengumumkan pada Selasa (10/9) bahwa negaranya akan mengirim dua lusin tentara dan polisi ke Haiti pekan ini. Pasukan tersebut akan meningkatkan misi pimpinan Kenya yang didukung PBB untuk memerangi geng-geng yang melakukan kekerasan di Haiti.

Pasukan yang terdiri atas 20 tentara dan empat polisi dijadwalkan tiba pada Kamis (12/9) dan akan bergabung dengan hampir 400 polisi Kenya yang tiba awal tahun ini. Mereka akan bekerja sama dengan polisi dan militer Haiti, kata Wakil Laksamana Antonette Wemyss-Gorman, kepala staf pertahanan untuk militer Jamaika.

Pasukan Jamaika akan bertanggung jawab atas komando, perencanaan, dan dukungan logistik, kata Holness dalam konferensi pers. Jamaika telah menjanjikan total 170 tentara dan 30 polisi, tetapi Holness mengatakan tidak mungkin untuk mengerahkan mereka sekaligus.

"Itu tidak praktis," katanya. Ia menambahkan bahwa fasilitas untuk menampung mereka yang datang dan struktur komando perlu disiapkan sebelum jumlah yang dijanjikan sepenuhnya dikerahkan.

"Kami menginginkan operasi yang sangat sukses," ujarnya.

Jumlah awal pasukan polisi dan tentara yang diumumkan Holness mengejutkan banyak pihak, dan muncul setelah pemerintah AS memperingatkan bahwa misi yang dipimpin Kenya kekurangan uang dan personel.

Menurut AS, misi penjaga perdamaian PBB adalah salah satu cara untuk mendapatkan lebih banyak sumber daya.

Holness tidak mengomentari kemungkinan adanya misi penjaga perdamaian PBB. Ia hanya mengatakan bahwa misi saat ini "bisa menjadi proses yang panjang dan bertele-tele."

Ia menambahkan bahwa misi itu bukanlah satu-satunya atau solusi terakhir untuk masalah di Haiti. Geng-geng di sana menguasai 80% wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince. [ka/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG