Guru-guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 5 Kota Palu memanfaatkan masa penghentian sementara kegiatan belajar-mengajar dengan membuat baju medis. Baju-baju itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan Alat Perlindungan Diri (APD) para petugas medis di sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan perawatan pasien virus corona (COVID-19).
Riuh suara mesin jahit dan mesin pemotong kain terdengar di ruangan jahit dan sablon di SMK Negeri 5 Palu. Di ruangan itu tampak kesibukan yang tidak biasa. Ada yang memotong bahan kain, sebagian lagi menjahit. Seorang guru menunjukkan hasil kerja hari itu. Sebuah baju medis berbentuk terusan dengan penutup kepala berwarna merah jambu.
Pada saat kegiatan belajar-mengajar diliburkan sementara, para guru di sekolah itu justru sibuk memproduksi baju medis untuk kebutuhan Alat Perlindungan Diri (APD) para petugas medis di sejumlah rumah sakit rujukan pasien covid-19.
Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Palu, Badarudin (31/3) mengatakan keterlibatan sekolah itu dalam pembuatan baju medis bermula dari permintaan APD dari Rumah Sakit Undata di Kota Palu. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi kemudian menunjuk SMK 5 dan SMK 1 untuk membantu produksi APD.
Agar baju medis yang dibuat sesuai standar rumah sakit, SMK 5 mengirimkan guru dari jurusan griya batik dan tekstil ke RS Undata. “Jadi setelah melihat contoh, kami siap membuatnya. Kemudian pihak Undata memesan itu 200 lembar dan harus dibuat dalam dua minggu. Jadi awalnya seperti itu,” papar Badarudin.
Kegiatan itu, yang sudah berlangsung selama dua minggu itu, melibatkan 15 orang guru, siswa, dan alumni dari sekolah itu. “Targetnya kita per hari itu sekitar 100 pieces (lembar). Masih sangat banyak sekitar seribuan. Pesanan dari rumah sakit ada tiga. Ada juga puskesmas, kemudian juga ada pesanan dari donatur-donatur yang ingin menyumbangkan APD kepada paramedis,” ujar Badarudin. Ia mengatakan sekolahnya siap membantu selama bahan tersedia.
Raja Patta, seorang guru di sekolah itu, mengatakan mereka mulai kesulitan produksi karena ketersediaan kain jenis spunbond untuk baju medis makin menipis di Kota Palu. Akibatnya, mereka harus mencari hingga ke Makassar, Sulawesi Selatan.
“Kami telepon kemana-mana. Kalaupun ada bahannya ekspedisi lagi yang tidak ada. Karena ini memang sudah darurat, jadi kami mengharapkan kepada semua masyarakat supaya tetap menjaga jarak. Jangan membuat kerumunan dan tetap tinggal di rumah,” ujar perempuan berusia 50 tahun itu.
Dia berharap agar baju-baju medis yang dibuat di sekolah itu dapat bermanfaat untuk membantu melindungi paramedik, seperti dokter, perawat, mantri hingga petugas kebersihan di sejumlah rumah-rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan pasien covid-19 di kota itu.
Karo Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Haris Kariming, mengatakan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola sudah menginstruksikan para wali kota dan bupati agar memperhatikan keselamatan para tenaga medis dalam penanganan wabah virus corona. Menurut Haris, APD yang dikirim oleh pemerintah pusat melalui Gugus Tugas COVID-19 nasional terus dimanfaatkan dengan baik.
“Kalau ada pasokan tambahan akan didistribusikan lagi ke rumah sakit-rumah sakit di kabupaten kota. Terutama rumah sakit yang masuk dalam rujukan sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia,” jelasnya.
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah pada akhir Maret 2020, kebutuhan APD untuk seluruh rumah sakit di provinsi itu mencapai 20 ribu unit APD untuk seluruh rumah sakit. [yl/ft]