Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mencapai serangkaian kesepakatan yang menurut mereka ditujukan untuk mengubah Semenanjung Korea menjadi kawasan yang damai dan bebas dari senjata nuklir dan ancaman nuklir. Janji itu diikrarkan kedua pemimpin tersebut pada KTT di ibukota Korea Utara, Pyongyang.
Keputusan Korea Utara untuk membongkar fasilitas utama misil di Dongchang-ri, dengan pengawasan para pengamat internasional, telah mendorong Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengundang Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho untuk bertemu dengannya pada Sidang Majelis Umum PBB di New York, pekan depan.
Usaha Moon menghidupkan kembali komunikasi AS-Korea Utara tampaknya berhasil, dan Presiden AS Donald Trump mengatakan, kemajuan luar biasa telah dicapai.
Moon mengatakan, ia dan Kim ingin melangkah maju bersama dan menciptakan sebuah “tanah air baru” bagi 80 juta orang di Semenanjung Korea.
"Dari Gunung Paektu hingga Gunung Halla, kami berjanji untuk membuat sungai-sungai dan gunung-gunung yang indah menjadi kawasan damai tanpa senjata nuklir dan ancaman nuklir. Kawasan itu akan diwariskan kepada generasi masa depan,” jelasnya.
Namun menurut Bruce Klinger dari Heritage Foundation, sementara Moon berhasil memajukan agendanya terkait hubungan antar-Korea pada KTT itu, ia tidak berhasil memastikan langkah konkrit denuklirisasi.
"Desakan Pyongyang sangat bersyarat. Mereka menuntut Amerika Serikat mengambil langkah-langkah yang pantas terlebih dahulu,” kata Bruce.
Klinger mengatakan, Korea Utara menginginkan interpretasi langsung deklarasi KTT Singapura. Menurutnya, Pyongyang hanya akan melakukan langkah denuklrisasi setelah hubungan yang lebih baik terwujud.
Sejumlah analis meyakini Korea Utara menginginkan deklarasi pengakhiran perang dari AS sebelum membongkar fasilitas nuklir utamanya.
John Delury, dosen Universitas Yonsei di Seoul mengatakan, kuncinya adalah Presiden Trump, yang menaruh kepercayaan besar pada kerangka kerja yang dihasilkan pada KTT Singapura dan perlunya mengubah hubungan dengan Korea Utara.
"Donald Trump adalah presiden, yang menurut saya, orang yang berkomitmen pada kerangka kerja itu dan memajukannya. Anda tahu, ini adalah sesuatu yang Trump bisa katakan, ‘Ayo kita lakukan ini. Saya ingin proses ini bergerak maju',” kata John Delury.
Ia mengatakan, pertanyaan politiknya sekarang adalah, apakah pendekatan Kim itu cukup untuk mendorong terwujudnya deklarasi pengakhiran perang. [ab/lt]