Perancang busana asal Kyiv, Makar Lieberman, telah merancang kemeja dengan elemen etnik, gaun dan jas mewah dengan merek pakaiannya sejak tahun 2015.
Namun sejak Rusia menginvasi Ukraina, semua itu dihentikan untuk sementara.
“Mulanya kami membuat jaring-jaring kamuflase, kemudian ketika ada kebutuhan kain penutup kepala dan wajah serta bendera, kami beralih membuat itu semua. Para penjahit mulai mengerjakannya. Dalam sehari mereka membuat lebih dari 100 penutup wajah dan sekitar seratus bendera,” ujar Lieberman.
Lieberman mempunyai dua pabrik: satu di Kyiv, yang saat ini tidak beroperasi, dan satunya di Rivne, di sisi barat Ukraina. Belum lama ini, sukarelawan lokal mendatangi mereka untuk memohon pasokan bantal.
“Saya punya bahan kain yang bagus, kain kaos dari merek MaxMara. Saya baru saja menerima segulungan utuh kain itu. Kami lantas menggunakannya. Saya juga punya kain putih dan saya sudah menyampaikan bahwa saya akan senang memanfaatkannya untuk membuat seprai rumah sakit, misalnya. Kami melakukan yang kami bisa,” tukasnya.
Sementara itu, Alina Kachorovska memiliki merek produk fesyen, seperti sepatu, aksesoris dan pakaian.
Setelah sempat terkejut dengan invasi Rusia, ia menggabungkan pabriknya di Zhitomir dengan beberapa pabrik lainnya untuk mulai membuat sepatu tempur.
“Kami telah memberikan lebih dari 300 pasang sepatu tempur, kami mengirim pasokan besarnya ke Kyiv, kepada para pejuang pertahanan wilayah, kepada para tentara.”
Targetnya adalah membuat 1000 pasang sepatu tempur. Namun itu sulit dilakukan, karena dari 170 karyawan, hanya 40 orang yang bisa mengerjakan, mengingat Zhitomir dihantam serangan bom dari waktu ke waktu.
Di Kyiv, Ashot Galstian menyulap kafe kecilnya menjadi dapur umum darurat. Meskipun dihadapkan pada aturan jam malam di kota itu, Galstian menemukan sejumlah juru masak sukarela yang tinggal di dekat kafenya dan mengatur pengiriman makanan.
“Saya membuat postingan di Instagram bahwa saya memasak dengan bantuan keluarga dan para sukarelawan, dan saya meminta bantuan. Dalam hitungan beberapa jam, orang-orang mengirimkan sumbangan senilai lima digit," ungkapnya.
Kini, timnya membuat 300 paket makan siang per hari.
“Setiap hari, kami memasak semacam sup, daging atau ikan, hidangan pendamping, juga selada atau makanan penutup. Kami mengantarkan makanan itu ke rumah sakit militer, Institut Bedah Saraf Kyiv, dan ke Rumah Sakit Pavlov,” imbuh Galstian.
Satu-satunya yang tidak dicari ketiga pengusaha itu adalah keuntungan.
Terlepas dari invasi yang sedang berlangsung, beberapa pakar mengatakan bahwa kebanyakan bisnis tetap berusaha menyokong karyawan mereka dan tetap buka.
Anna Derevianko dari Asosiasi Bisnis Eropa mengatakan, “Kami bisa melihat sekitar sepertiga perusahaan masih beroperasi, meski tidak dalam skala penuh. Mayoritas perusahaan mencoba tetap menggaji pegawai mereka – mereka yang punya semacam bantalan keuangan tentunya.”
Para pebisnis yang berbicara kepada VOA berharap bisa terus beroperasi.
Makar Lieberman telah membeli kain kamuflase dan berencana mulai memproduksi seragam militer.
Sedangkan Alina Kachorovska mengatakan ada cara untuk membuat sepatu bagi pasukan militer Ukraina secara komersial.
Sementara Ashot Galstian mengatakan, dirinya kini sudah terbiasa dengan suara sirene ketika mengantarkan makanan ke daerah yang terkena serangan paling parah di negara itu. [rd/lt]