Pergi ke bar tanpa minum alkohol sepertinya terkesan janggal. Namun kejanggalan itu tidak eksis di Sans Bar. Bagaimana tidak? Bar di Austin, Texas, ini tidak menawarkan minuman beralkohol, namun memungkinkan pengunjung bersosialisasi sambil menikmati pertunjukan musik hidup.
"Kelihatannya seperti bar. Kedengarannya seperti bar. Tapi ada sesuatu yang berbeda," kata Chris Marshall, pemilik Sans Bar.
Perbedaan yang dimaksud Marshall adalah ketiadaan minuman beralkohol. Namun, Anda dapat menikmati berbagai jenis minuman yang namanya terkesan asing dan seolah-olah beralkohol.
Bar nonalkohol bukanlah fenomena baru. Bar-bar seperti itu pertama kali muncul pada abad ke-19 sebagai bagian dari gerakan moderasi konsumsi alkohol.
Namun sementara bar-bar nonalkohol pada masa itu ditujukan untuk bukan peminum atau orang-orang dalam masa pemulihan dari kecanduan alkohol, bar-bar nonalkohol pada masa kini menyambut orang-orang yang memang tidak ingin minum alkohol atau penasaran bersoalisasi tanpa melibatkan alkohol.
Tantangan pantang mimun alkohol seperti "Dry January", yang dimulai pada 2013, dan minat yang meningkat pada kesehatan dan kebugaran melatari tren baru tersebut.
Menurut Brandy Rand dari perusahaan analisis pasar minuman IWSR, konsumsi global bir, anggur, dan minuman berkadar alkohol rendah dan tanpa alkohol tumbuh dua hingga tiga kali lebih cepat daripada konsumsi alkohol secara keseluruhan.
“Semua ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Awalnya muncul istilah 'Dry January' dan berikutnya muncul 'Dry July', dan kemudian 'Sober October'. Orang-orang seperti terpengaruh oleh media sosial untuk memoderasi konsumsi alkohol. Akhirnya ini tumbuh menjadi gerakan gaya hidup yang lebih besar. Jadi sekarang, apa yang kami lihat dalam tren konsumen sebenarnya adalah moderasi telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari," jelasnya.
Ledakan produk baru juga mendorong peningkatan penjualan minuman nonalkohol. Ritual Zero Proof, sebuah perusahaan kecil yang dibuka di Chicago pada 2019 membuat wiski, gin dan tequila tanpa alkohol, sementara perusahaan besar seperti Anheuser-Busch tahun lalu memperkenalkan Budweiser Zero, bir bebas alkohol.
Douglas Watters membuka Spirited Away, sebuah toko di New York yang menjual bir, anggur, dan jenis minuman lain tanpa alkohol November lalu. Ia mengungkap alasan mengapa ia membuka toko minuman seperti itu.
"Bagi banyak orang, soda dan jus sudah memenuhi kebutuhan mereka jika mereka tidak minum alkohol. Tetapi banyak orang juga menginginkan sesuatu yang terasa lebih dewasa,” jelasnya.
Watters mengatakan lockdown terkait pandemi membuat ia berpikir bahwa semakin banyak orang ingin menikmati malam dengan keluarga tanpa minuman beralkohol. Ia kemudian bereksperimen dengan menawarkan minuman-minuman nonalkohol, dan pada bulan Agustus lalu, ia memutuskan untuk membuka tokonya itu.
Ia mengungkapkan, para pelanggannya menghindari alkohol karena berbagai alasan, namun kesehatan dan kebugaran kini semakin menjadi pertimbangan utama mereka. Ada pelanggan yang tidak minum alkohol karena hamil atau gangguan kesehatan lain, dan ada juga yang karena ingin berpartisipasi dalam lomba lari maraton.
Joshua James, seorang bartender berpengalaman, menemukan kesadaran serupa selama pandemi. Setelah bertugas di pusat perawatan penyalahgunaan narkoba dan alkohol, ia baru-baru ini membuka Ocean Beach Cafe, sebuah bar bebas alkohol di San Francisco.
"Ada seribu alasan untuk tidak mau minum terlalu banyak alkohol. Ada orang yang mungkin pernah bermasalah dengan alkohol sebelumnya, atau karena alasan-alasan lain. Tapi saya beri tahu Anda sekarang, ada 997 alasan lain dan setiap alasan itu berbeda." [ab/uh]