"Saya belum tentukan jurusan, tapi saya rencananya ambil neuroscience (ilmu saraf)," kata David kepada VOA.
David terpilih masuk kuliah di University of Washington (UW) di kota Seattle, Amerika Serikat lewat program Early Entrance UW Academy lewat Robinson Center of Young Scholars.
Di usia 14 tahun, David akan menjadi seorang freshman (mahasiswa baru/mahasiswa tahun pertama). Sementara rata-rata usia freshman di AS adalah 18 tahun.
"Tentunya ini jadi tantangan, tapi saya rasa saya siap," kata David.
"Sangat menarik bisa lihat hal-hal baru yang bisa saya pelajari, dan kuliah lebih interaktif dibandingkan SMA."
Sudah Biasa Jadi Murid Termuda
David katakan sudah terbiasa punya teman-teman sekelas yang lebih tua darinya.
"Saya pernah lompat kelas dan mulai sekolah dasar lebih awal, jadi saya selalu jadi salah satu yang termuda di kelas," jelas David.
"Saya sudah biasa dan bisa berteman dengan teman-teman sekelas, jadi saya rasa (kuliah dengan mahasiswa yang lebih tua) nggak bakal jadi masalah besar," tambahnya.
Kemampuan akademis putra dari Li Li Novita Purnomo dan Hadi Waskito Purnomo yang berasal dari Surabaya ini sudah terlihat dari kecil, menurut sang ibu.
"(Dari kecil) dia itu ada kayak kemauan sendiri untuk bisa cepat baca, bisa cepat tulis. Kita nggak push sama sekali," kata Li Li kepada VOA.
Li Li juga bercerita David dapat tawaran untuk loncat ke kelas 4 SD saat duduk di kelas 2 SD, bahkan sempat ditanya apakah ingin lompat kelas lagi.
"Tapi saya sama suami mikir, ini anak memang academically advanced, tapi saya pikir ini mungkin tidak baik untuk interaksi sosialnya," kata Lili.
"Waktu itu ya mungkin umur 7 tahun atau lebih muda, jadi kita bilang, 'Nggak deh, tetap di kelas itu saja.'"
Li Li juga katakan David mulai SMA di usia 12 tahun. Sementara usia rata-rata murid yang baru masuk SMA di Amerika Serikat adalah 14 tahun, menurut organisasi USA Hello.
Badminton 'Hilangkan Stres'
David, yang aktif ikut kontes spelling bee (mengeja) dan geo bee (geografi) dari kelas 5 SD, juga sibuk mengambil kelas mata kuliah selama musim panas.
Bahkan sebelum kelas 10, David sudah ambil 2 kelas kuliah dari University of Washington dan satu dari Johns Hopkins University.
"Tentunya ada tekanan, dan tentunya selama ini saya sibuk," kata David. "Tapi ekspektasi ini hal baik, jadi mendorong saya untuk menjadi yang terbaik."
Badminton jadi salah satu cara David hilangkan stres. Ia biasanya habiskan waktu 5 jam di lapangan dan juga mengikuti berbagai turnamen.
"Walaupun saya main badminton lama setiap harinya, itu tetap seru buat saya. Jadi cara yang baik buat istirahat dari stres kehidupan akademik saya."
David mengaku harus mengurangi kegiatan badmintonnya begitu masuk kuliah, tapi tetap akan terus latihan.
Program 'Kuliah Lebih Awal' University of Washington
Program UW Academy di University of Washington – yang dibentuk tahun 2001 – memungkinkan murid-murid berbakat yang di duduk di kelas 10 untuk langsung masuk kuliah tanpa perlu menyelesaikan jenjang SMA.
Tahun ini, pendaftar harus menyertakan rapor sekolah, surat rekomendasi guru, dan dua esai. Dari sekitar 100 murid yang mendaftarkan diri tahun ini, hanya 40 yang terpilih – David salah satunya.
"Yang kami cari adalah murid yang menunjukkan catatan akademik yang kuat," kata Kathryn Grubbs, Interim Director untuk EEP Academy Program di University of Washington.
"Kami juga melihat aktivitas dan pencapaian para murid. Jadi kami bisa dapat gambaran siapa David di luar kelas dan apa saja yang menarik minat dia," lanjut Grubbs.
"Secara keseluruhan, dia tentunya menonjol sebagai seorang yang tidak hanya siap kuliah, tapi juga bisa memanfaatkan kesempatan sepenuhnya menjadi mahasiswa."
Meski ikut program 'kuliah lebih awal,' David akan belajar bersama mahasiswa kuliah lainnya yang usianya rata-rata 18 hingga 24 tahun.
Pihak UW Academy dan Robinson Center for Young Scholars katakan berikan dukungan dan bimbingan baik dari segi akademik dan emosi.
"Kami tidak mendorong para pelajar untuk (selesai kuliah) secepat mungkin," kata Janice DeCosmo, Interim Director untuk Robinson Center.
"Kami menawarkan kesempatan bagi mereka yang memang memerlukan (program akselerasi) dalam perjalanan akademik mereka."
Cita-Cita dan Panutan David
Salah satu hal yang paling David tunggu-tunggu dari kuliah adalah kesempatan ikut riset di University of Washington.
"Impian saya menjadi neuroscientist (ahli saraf)," ujar David. "Both bantu pasien dan ikut riset seputar otak, dan cari tahu apa yang belum kita ketahui tentang otak sejauh ini."
David juga katakan panutannya adalah kedua orang tuanya.
"Saya pikir hebat banget mereka datang dari Indonesia dengan nggak punya apa-apa, dan mereka bisa membangun kehidupan baru di sini, buat saya sama adik saya."
Meski menunggu-nunggu kuliah, David juga mengaku 'gelisah bisa burn out (terlalu capek)'.
Li Li berpesan kepada David untuk menikmati masa kuliahnya dan untuk selalu jaga kesehatan. Ia juga punya pesan untuk orang tua lainnya.
"Kalau kelihatan anaknya memang ada talent, nggak perlu didorong. Anaknya cuman diberi pengertian," kata Li Li. "Biarkan anaknya itu jalan sendiri, biar dia happy juga, enjoy the childhood." [np/dw]