SAN FRANCISCO —
Seekor harimau Sumatera melahirkan seekor bayi sehat di Kebun Binatang San Francisco akhir pekan lalu, menambah jumlah subspesies yang langka tersebut, ujar petugas kebun binatang pada Kamis (15/2).
Petugas kebun binatang mengawasi sepasang harimau di zona terpencil Lion House melalui kamera web untuk memungkinkan induk harimau berusia sembilan tahun, Leanne, dan bayinya untuk berinteraksi dengan sesedikit mungkin campur tangan manusia.
“Semua tanda-tandanya positif sejauh ini,” ujar Corinne MacDonald, kurator Kebun Binatang San Francisco Zoo untuk karnivora dan primata.
“Induk dan anaknya saling berinteraksi dengan baik,” ujarnya, menambahkan bahwa sang bayi tampak sehat, aktif dan banyak makan.
Bayi yang belum diberi nama tersebut merupakan harimau pertama yang lahir di Kebun Binatang San Francisco sejak 2008, ketika Leanne melahirkan tiga bayi jantan. Mereka kemudian disebar ke kebun-kebun binatang lain di Amerika Serikat. Sebelum 2008, tidak ada harimau yang lahir di kebun binatang tersebut dalam 30 tahun.
Petugas kebun binatang tidak mengetahui jenis kelamin bayi yang baru lahir tersebut sampai pemeriksaan pertamanya pada setidaknya dua minggu lagi.
“Kelahiran ini sangat langka,” ujar Tara Harris, spesialis harimau dari Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Amerika Utara. Sekitar 75 harimau Sumatera dipelihara di Amerika Utara dan melahirkan dua sampai empat bayi setiap tahun, ujarnya.
Bayi yang baru lahir ini, yang akan tinggal di kebun binatang selama satu setengah tahun sebelum diputuskan akan dipindah, memiliki ayah harimau berusia enam tahun bernama Larry, yang dipindahkan sementara dari Kebun Binatang Audubon di New Orleans untuk berkembang biak.
Leanne merupakan salah satu dari sedikit harimau di dunia yang menerima sonogram dan pemeriksaan kehamilan secara sadar. Harimau yang dipelihara biasanya harus dibius selama pemeriksaan kehamilan, yang dapat membahayakan mamalia tersebut.
“Jauh lebih baik bagi para hewan ini untuk tidak dibius. Banyak binatang yang memiliki reaksi buruk terhadap anestesia, yang lebih berbahaya daripada prosedur sebenarnya,” ujar MacDonald.
Diperkirakan ada sekitar 400 harimau Sumatera di alam liar saat ini. Harimau Sumatera, yang terkecil dari enam subspesies harimau, hanya dapat ditemukan di hutan-hutan pegunungan dan dataran rendah Sumatera. Kerusakan habitat dan perburuan merupakan alasan utama langkanya harimau ini. (Reuters/Laila Kearney)
Petugas kebun binatang mengawasi sepasang harimau di zona terpencil Lion House melalui kamera web untuk memungkinkan induk harimau berusia sembilan tahun, Leanne, dan bayinya untuk berinteraksi dengan sesedikit mungkin campur tangan manusia.
“Semua tanda-tandanya positif sejauh ini,” ujar Corinne MacDonald, kurator Kebun Binatang San Francisco Zoo untuk karnivora dan primata.
“Induk dan anaknya saling berinteraksi dengan baik,” ujarnya, menambahkan bahwa sang bayi tampak sehat, aktif dan banyak makan.
Bayi yang belum diberi nama tersebut merupakan harimau pertama yang lahir di Kebun Binatang San Francisco sejak 2008, ketika Leanne melahirkan tiga bayi jantan. Mereka kemudian disebar ke kebun-kebun binatang lain di Amerika Serikat. Sebelum 2008, tidak ada harimau yang lahir di kebun binatang tersebut dalam 30 tahun.
Petugas kebun binatang tidak mengetahui jenis kelamin bayi yang baru lahir tersebut sampai pemeriksaan pertamanya pada setidaknya dua minggu lagi.
“Kelahiran ini sangat langka,” ujar Tara Harris, spesialis harimau dari Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Amerika Utara. Sekitar 75 harimau Sumatera dipelihara di Amerika Utara dan melahirkan dua sampai empat bayi setiap tahun, ujarnya.
Bayi yang baru lahir ini, yang akan tinggal di kebun binatang selama satu setengah tahun sebelum diputuskan akan dipindah, memiliki ayah harimau berusia enam tahun bernama Larry, yang dipindahkan sementara dari Kebun Binatang Audubon di New Orleans untuk berkembang biak.
Leanne merupakan salah satu dari sedikit harimau di dunia yang menerima sonogram dan pemeriksaan kehamilan secara sadar. Harimau yang dipelihara biasanya harus dibius selama pemeriksaan kehamilan, yang dapat membahayakan mamalia tersebut.
“Jauh lebih baik bagi para hewan ini untuk tidak dibius. Banyak binatang yang memiliki reaksi buruk terhadap anestesia, yang lebih berbahaya daripada prosedur sebenarnya,” ujar MacDonald.
Diperkirakan ada sekitar 400 harimau Sumatera di alam liar saat ini. Harimau Sumatera, yang terkecil dari enam subspesies harimau, hanya dapat ditemukan di hutan-hutan pegunungan dan dataran rendah Sumatera. Kerusakan habitat dan perburuan merupakan alasan utama langkanya harimau ini. (Reuters/Laila Kearney)