Pemerintah Belarus mengatakan polisi kini diizinkan menggunakan senjata api terhadap pengunjuk rasa "jika diperlukan" sementara demonstrasi yang menuntut pengunduran diri Presiden Alexander Lukashenko, Senin (12/10), berlanjut.
Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan pada Senin (12/10) mengatakan demonstrasi "menjadi terorganisir dan sangat radikal."
"Berkaitan dengan hal ini, pegawai Kementerian Dalam Negeri dan tentara tidak akan meninggalkan jalan-jalan dan, jika perlu, akan menggunakan peralatan khusus dan senjata militer," katanya.
Kementerian itu, Senin (12/10) juga mengumumkan lebih dari 700 orang ditahan dalam demonstrasi sehari sebelumnya.
Pernyataan tersebut mengatakan dari 700 yang ditahan pada Minggu (11/10), 570 di antaranya masih ditahan menunggu sidang pengadilan.
Lebih dari 2.000 orang yang kebanyakan lansia, Senin (12/10), ikut dalam "pawai para pensiunan" menentang pemerintah di ibu kota, Minsk. Mereka meneriakkan "pergi" dan sebagian melambai-lambaikan bendera yang melambangkan oposisi.
Video dari demonstrasi menunjukkan polisi membalas dengan tembakan peringatan dan gas air mata.
Demonstrasi-demonstrasi besar terjadi setiap akhir pekan sejak Lukashenko mengklaim kemenangan dalam pemilihan 9 Agustus yang disengketakan. Para demonstran menuntut pengunduran dirinya serta pembebasan tahanan politik.
Senin (12/10) pagi, para menteri luar negeri Uni Eropa setuju untuk menjatuhkan sanksi terhadap Lukashenko serta pejabat senior lainnya. [my/pp]