Radiasi akibat kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang, menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sekitarnya.
Para ilmuwan mengumpulkan sejumlah kupu-kupu di tujuh tempat di dekat PLTN itu dan mendapati bahwa 12,4 persen kupu-kupu itu cacat fisik, termasuk kaki depan yang tidak tumbuh, mata yang cekung dan sayap yang compang-camping. Ketidaknormalan ini meningkat 18,3 persen pada generasi berikutnya, bahkan ketika para ilmuwan mengembangbiakkan kupu-kupu tersebut dengan kupu-kupu normal lain di dalam laboratorium, yang membuktikan bahwa kerusakan genetik itu diwariskan kepada generasi berikutnya.
Enam bulan setelah insiden itu, para ilmuwan mendapati bahwa tingkat ketidaknormalan di alam liar telah meningkat beberapa kali lebih besar. Tim itu mengatakan peningkatan ini mungkin karena paparan radiasi tingkat rendah secara terus menerus pada beberapa generasi. Hasil penelitian tim itu dipublikasikan dalam Science Reports – sebuah publikasi online terkait jurnal Nature.
Para ilmuwan mengumpulkan sejumlah kupu-kupu di tujuh tempat di dekat PLTN itu dan mendapati bahwa 12,4 persen kupu-kupu itu cacat fisik, termasuk kaki depan yang tidak tumbuh, mata yang cekung dan sayap yang compang-camping. Ketidaknormalan ini meningkat 18,3 persen pada generasi berikutnya, bahkan ketika para ilmuwan mengembangbiakkan kupu-kupu tersebut dengan kupu-kupu normal lain di dalam laboratorium, yang membuktikan bahwa kerusakan genetik itu diwariskan kepada generasi berikutnya.
Enam bulan setelah insiden itu, para ilmuwan mendapati bahwa tingkat ketidaknormalan di alam liar telah meningkat beberapa kali lebih besar. Tim itu mengatakan peningkatan ini mungkin karena paparan radiasi tingkat rendah secara terus menerus pada beberapa generasi. Hasil penelitian tim itu dipublikasikan dalam Science Reports – sebuah publikasi online terkait jurnal Nature.