Presiden federasi sepak bola Thailand mengumumkan pengunduran dirinya pada Sabtu (1/7), menyusul tekanan politik atas insiden bentrokan antara tim nasional kerajaan dan Indonesia selama laga final putra di Pesta Olahraga Asia Tenggara SEA Games.
Indonesia berhasil membekuk Thailand dengan skor 5-2 dalam perpanjangan waktu di babak final pada Mei. Turnamen tersebut cukup menarik perhatian karena wasit mengganjar empat kartu merah tim Thailand setelah pemain dan pelatih dari kedua belah pihak terlibat perkelahian.
Federasi Sepak Bola Thailand kemudian meminta maaf dan menskors dua pemain, dua ofisial, dan seorang pelatih.
Dalam sebuah pernyataan di Facebook, presiden asosiasi sepak bola Somyot Poompanmoung mengatakan wakil perdana menteri Thailand Prawit Wongsuwon, yang mengepalai komite Olimpiade nasional negara itu, memerintahkan dia untuk mundur sebagai presiden pada pertemuan Jumat (30/6).
"Sebagai Presiden Federasi Sepak Bola Thailand... saya siap mengikuti perintah Jenderal Prawit," kata Somyot dalam pernyataannya pada Sabtu (1/7). Ia menambahkan akan memberi tahu Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF), Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), dan badan sepak bola internasional FIFA.
Indonesia berharap babak final tersebut dapat menjadi sarana untuk memulihkan kebanggaannya dalam dunia sepak bola menyusul terpuruknya cabang olah raga tersebut akibat insiden Kanjuruhan, dan juga dibatalkannya Jakarta menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Namun laga final SEA Games tersebut akan dikenang karena insiden adu jotos. Kericuhan itu dimulai pada menit ke-97 ketika Thailand, yang tertinggal 2-0, mencetak gol untuk mengubah skor menjadi 2-2 dan berujung pada perpanjangan waktu.
Ofisial Thailand melakukan selebrasi dengan berlari ke bangku cadangan Indonesia, memicu huru-hara pertama, dan terjadi lebih banyak masalah saat Indonesia merebut kembali keunggulan di awal perpanjangan waktu. [ah/ft]
Forum