Para pejabat militer mengatakan sedikitnya sembilan orang telah tewas dalam konfrontasi dengan para pejuang Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) di kota Zamboanga, yang terletak di pulau Mindanao.
Tentara telah mengepung sedikitnya empat desa dekat pantai dimana kira-kira 200 orang pemberontak dikatakan menahan banyak warga sipil sebagai tameng manusia. Ribuan orang telah mengungsi dari rumah mereka, menyebabkan sebagian besar kota berpenduduk hampir 1 juta orang itu umumnya sepi dan menyerupai zona perang.
Dalam pernyataan online, Walikota Zamboanga Maria Isabelle Climaco mengatakan negosiasi dengan pemberontak sedang berlangsung. Ia mengatakan pemberontak telah membebaskan sedikitnya tujuh orang sandera sebagai imbalan atas makanan, tetapi kira-kira 100 warga sipil masih disandera pemberontak.
MNLF menghendaki otonomi yang lebih besar untuk daerah selatan yang mayoritas Muslim itu. Kelompok itu menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah tahun 1996. Tetapi sebagian anggotanya melanjutkan pertempuran, dan mengklaim bahwa Manila tidak memenuhi janji-janjinya untuk membangun wilayah itu.
Kelompok itu juga memprotes pembicaraan perdamaian Manila dengan faksi sempalan, Front Pembebasan Islam Moro. Sebagian anggota MNLF khawatir bahwa persetujuan perdamaian pemerintah dengan kelompok saingannya dapat mengurangi pengaruhnya.
Tentara telah mengepung sedikitnya empat desa dekat pantai dimana kira-kira 200 orang pemberontak dikatakan menahan banyak warga sipil sebagai tameng manusia. Ribuan orang telah mengungsi dari rumah mereka, menyebabkan sebagian besar kota berpenduduk hampir 1 juta orang itu umumnya sepi dan menyerupai zona perang.
Dalam pernyataan online, Walikota Zamboanga Maria Isabelle Climaco mengatakan negosiasi dengan pemberontak sedang berlangsung. Ia mengatakan pemberontak telah membebaskan sedikitnya tujuh orang sandera sebagai imbalan atas makanan, tetapi kira-kira 100 warga sipil masih disandera pemberontak.
MNLF menghendaki otonomi yang lebih besar untuk daerah selatan yang mayoritas Muslim itu. Kelompok itu menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah tahun 1996. Tetapi sebagian anggotanya melanjutkan pertempuran, dan mengklaim bahwa Manila tidak memenuhi janji-janjinya untuk membangun wilayah itu.
Kelompok itu juga memprotes pembicaraan perdamaian Manila dengan faksi sempalan, Front Pembebasan Islam Moro. Sebagian anggota MNLF khawatir bahwa persetujuan perdamaian pemerintah dengan kelompok saingannya dapat mengurangi pengaruhnya.