Keputusan wasit yang kontroversial memicu bentrokan antarsuporter sepak bola di Guinea tenggara. Penonton berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri dalam insiden yang mengakibatkan 56 orang tewas, menurut laporan sementara dari pemerintah, Senin (2/12). Seorang saksi menggambarkan suasana di stadion sangat kacau.
Insiden tersebut terjadi selama laga final yang digelar untuk menghormati pemimpin junta militer Guinea, Mamady Doumbouya, di stadion di Nzerekore, salah satu kota terbesar di Afrika Barat.
Para penggemar saling melempar batu, menyebabkan kepanikan dan desak-desakan, demikian pernyataan pemerintah, yang berjanji akan melakukan penyelidikan.
Seorang saksi yang menyaksikan jalannya pertandingan tersebut mengatakan, kartu merah yang dianggap kontroversial pada menit ke-82 menjadi biang keladi kerusuhan itu.
"Aksi lempar batu dimulai, polisi turun tangan dengan menembakkan gas air mata. Dalam kerusuhan itu, saya melihat orang-orang jatuh ke tanah, perempuan dan anak-anak terinjak-injak. [Kejadian] itu sangat mengerikan," ujar Amara Conde kepada Reuters melalui telepon.
Penonton berdesak-desakan menyelamatkan diri menuju pintu keluar, sehingga membuat panik dan justru menciptakan kondisi yang berbahaya, kata seorang sumber kepolisian.
Sebuah video yang diverifikasi oleh Reuters menunjukkan puluhan orang berebut memanjat tembok tinggi untuk melarikan diri.
Video dan foto yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah korban tergeletak di tanah. Dalam salah satu video, belasan jasad terlihat, termasuk beberapa di antaranya adalah anak-anak.
Reuters tidak dapat segera memverifikasi rekaman itu.
Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai bencana maut sering terjadi di stadion sepak bola. Konfederasi Sepak Bola Afrika menggandeng FIFA untuk menangani masalah kelebihan kapasitas penonton dan isu keselamatan lainnya di stadion-stadion di Benua Hitam itu. [ah/es]
Forum