Imigran asal Nikaragua, Venezuela, Kolombia dan Kuba tiba di Washington, DC, pada Rabu (13/4), setelah Gubernur Texas Greg Abbott, yang merupakan anggota Partai Republik, berjanji untuk mengirim mereka ke ibu kota Amerika Serikat itu setelah mereka menyelesaikan pemeriksaan imigrasi federal di perbatasan.
Kantor Abbott menyatakan hal itu sebagai “bagian dari tanggapan Gubernur Abbott terhadap keputusan pemerintahan Biden untuk mengakhiri kebijakan pengusiran seperti tertuang pada Title 42,” yang merujuk pada perintah darurat kesehatan era pandemi, yang memungkinkan otoritas imigrasi dengan cepat mengusir migran di perbatasan, bahkan para migran yang mencari suaka.
Bus berisi para imigran itu berangkat dari Del Rio, Texas pada Selasa (12/4) dan diperkirakan berisi 35 orang.
“Dengan mengangkut para imigran ke Washington, DC, pemerintahan Biden akan lebih cepat memenuhi kebutuhan orang-orang yang mereka izinkan menyebrangi perbatasan kita. Texas tidak seharusnya menanggung beban kegagalan pemerintahan Biden dalam mengamankan perbatasan kita,” ungkap Abbott kepada wartawan pada konferensi pers.
Setelah pengumuman itu, kantor gubernur Texas mengklarifikasi kepada wartawan bahwa program itu sepenuhnya bersifat sukarela dan para migran berangkat ke Washington setelah mereka diproses secara legal oleh pihak Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS di perbatasan AS-Meksiko.
Berdasarkan sejumlah laporan media, beberapa imigran berencana menuju kota-kota lain di Amerika. Namun terlepas tujuan akhir, mereka diwajibkan untuk melaporkan diri ke kantor Imigrasi dan Bea Cukai untuk melanjutkan proses imigrasi.
Abbott mengatakan dirinya juga berencana menyewa pesawat untuk menerbangkan lebih banyak imigran ke Washington, DC.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki menyebut tindakan Abbott sebagai “aksi publisitas,” sementara American Civil Liberties Union of T
bermotif politik. Anggota DPR dari Partai Republik yang mewakili negara bagian Texas, Matt Schaefer, menyebut tindakan abbott sebagai “gimmick” semata.
Selama lebih dari setahun, pemerintahan Biden tetap memberlakukan kebijakan era Trump di perbatasan sisi selatan Amerika, yang mengizinkan pemerintah AS untuk segera mengusir migran kembali ke negara asal mereka atau ke kota-kota perbatasan di Meksiko.
Pada 1 April, pemerintah AS mengumumkan bahwa kebijakan itu akan berakhir pada 23 Mei mendatang – memberi pejabat AS waktu untuk mempersiapkan kemungkinan peningkatan jumlah kedatangan imigran di perbatasan AS-Meksiko.
Menurut data Badan Perlindungan Adat dan Perbatasan Amerika (CBP), kebijakan Title 42 telah digunakan dalam sebagian besar pengusiran terhadap sekitar dua juta migran asal Brazil, Amerika Tengah, Haiti, Meksiko dan Kolombia sejak Maret 2020, ketika pandemi diumumkan. Para pencari suaka asal Amerika Selatan juga dihalangi di pelabuhan masuk berdasarkan kebijakan tersebut.
Pada Februari, pejabat perbatasan AS mencatat 164.973 imigran yang tiba di perbatasan. Dari jumlah tersebut, 91.513 orang diusir. Sisanya ada yang ditahan, diizinkan mencari suaka atau dibebaskan bersyarat. [rd/rs]