Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Tito Karnavian, memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait ucapannya di salah satu media soal pemeriksaan terhadap korban pemerkosaan. Tito menyampaikan klarifikasinya pada belasan organisasi aktivis perempuan di rumah dinasnya Jakarta Selatan, Senin malam (23/10).
Usai pertemuan, kepada wartawan Tito menjelaskan bahwa wawancara yang dilakukannya dengan media tersebut berlangsung dalam durasi yang cukup lama dan membicarakan banyak topik. Dalam wawancara tersebut salah satu topik yang dibahas adalah mengenai peristiwa penggerebekan di sebuah tempat hiburan yang melayani para pria homoseksual.
Pewawancara media yang dimaksud, menurut Tito, pada saat itu menanyakan tentang tindakan yang dilakukan penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap pelaku yang terkadang melanggar hak privasi (pribadi) orang bersangkutan. Dalam kasus perkosaan, misalnya, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh penyidik akan digunakan untuk mencari adanya unsur pemaksaan dalam kejadiannya.
"Saya mencontohkan seperti dugaan kasus perkosaan. Itu beberapa pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sangat private ya itu juga ditanyakan. Mengenai masalah misalnya masalah persetubuhan. Adanya masalah paksaan. Bahkan concern apakah ada persetujuan atas persetubuhan itu misalnya," kata Jenderal Tito.
Pertanyaan yang bersifat privasi ini, menurut dia, penting untuk digali karena baik tersangka ataupun korban kadangkala tidak mau menjelaskan kejadian sebenarnya sehingga menjadi tugas polisi untuk mengungkap kebenaran peristiwa sebenarnya.
"Kalau ada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat privacy, para polwan yang akan bertanya. Dan polwan-polwan ini tentunya sudah dilatih. Kapan dia mengajukan pertanyaan itu. Apakah perlu dia mengajukan pertanyaan itu. Sepanjang kepentingannya adalah mengungkap motif dan membuka alat bukti. Karena bisa jadi kalau kita tidak tanya tersangkanya bisa lolos," kata Jenderal Tito.
Namun demikian tambah Tito, penyidik juga akan mempertimbangkan faktor psikologis korban.
"Misalnya tersangkanya mengatakan, "pak itu dia juga suka karena dia mantan pacar saya," bisa saja orang pacaran mungkin suka, tapi kesekian kali dia ga suka. Itu bisa masuk klasifikasi pemerkosaan juga. Ini kalau polisinya tidak pintar, tidak berusaha membuktikan itu, ini tersangkanya bisa lepas. Ini bicaranya pun mesti hati-hati jangan sampai menambah trauma yang bersangkutan," kata Jenderal Tito menambahkan.
Pertanyaan yang diajukan pun menurut Tito bisa merujuk pada hal yang sensitif. Namun memiliki kepentingan untuk mengungkap kasus dengan sejelas-jelasnya sehingga tuntutan pada pelaku dapat maksimal. Dan hal ini dilakukan dengan metode tertentu.
"Nah tapi tentunya kita melihat semua kasus itu kasuistis ya. Tidak mungkin, ada orang ditemukan di tengah jalan setelah diperkosa langsung dibawa ke rumah sakit lalu dibawa ke kantor polisi sambil ditanya "eh, bagaimana? kamu suka gak?" ya jelas enggak lah. Polisi memiliki trik-trik memahami psikologi," kata Jenderal Tito menjelaskan.
Di kepolisian lanjut Tito, untuk perempuan dan anak terdapat unit khusus. Unit ini telah diterapkan di tingkat mabes Polri, Polda, sampai ke Polres.
"Di polisi, khusus untuk perempuan dan anak ada unit khusus. Unit PPA namanya, Pelayanan Perempuan dan Anak. Ini sudah kita lakukan. Dari tingkat Mabes Polri, Polda sampai ke polres-polres. Bahkan, 2014 direkrut 7.000 polwan. Hanya untuk mengisi unit PPA di polsek-polsek. Ini membuktikan bahwa Polri sangat concern masalah ini," kata Tito.
Tito berharap melalui klarifikasinya ini dapat memperjelas bahwa dia sangat peduli kepada korban perkosaan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak.
"Saya sebagai Kapolri sangat peduli dengan masalah perlindungan perempuan anak. Polri memiliki unit khusus untuk itu, memiliki polwan-polwan terlatih untuk itu. Tapi itu pun tidak cukup.Kita akan terus tingkatkan karena memang negara ini adalah negara yang besar dan mayoritasnya didominasi oleh perempuan. Jangan salah, ibu saya adalah perempuan, istri saya perempuan, putri saya juga perempuan, mana mungkin saya tidak peduli sama perempuan," kata Jenderal Tito.