Presiden Joko Widodo bertemu kembali dengan rivalnya dalam Pilpres 2019, Prabowo Subianto, di Istana Merdeka. Kedua negarawan ini membicarakan banyak hal, termasuk kemungkinan bergabungnya Partai Gerindra ke dalam Koalisi Jokowi.
Setelah bertemu terakhir kali pada 13 Juli lalu, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto kembali bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis sore (11/10).
Pertemuan tertutup ini kurang lebih berlangsung sekitar 30 menit. Setelahnya, kedua negarawan ini memberikan keterangan pers bersama kepada para awak pers.
Jokowi mengatakan banyak isu dan permasalahan yang dibahasnya bersama Prabowo seperti tentang perekonomian global dan juga gejolak politik dan keamanan di sebagian daerah akhir-akhir ini.
Rencana pemindahan ibu kota juga dibahas dalam pertemuan ini. Prabowo, kata Jokowi penasaran kenapa ibu kota harus dipindahkan ke Kalimantan Timur.
Pertemuan Jokowi-Prabowo Bahas Kemungkinan Koalisi?
Meskipun masalah kemungkinan koalisi dibahas dalam pertemuan singkat itu, namun Jokowi mengatakan belum ada kesekapakatan terkait hal tersebut.
“Dan yang ketiga juga yang berkaitan dengan masalah koalisi. Tapi untuk urusan satu ini belum final, tapi kami tadi sudah berbicara banyak mengenai kemungkinan Partai Gerindra masuk ke koalisi kita. Itu saya kira tiga hal yg tadi kami bicarakan, “ ujar Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo mengatakan senang diundang ke Istana untuk bertemu kembali dengan sahabatnya ini.
Terkait koalisi, Prabowo mengatakan memang belum ada kesepakatan pasti. Meskipun demikian mantan Danjen Kopassus ini menegaskan pihaknya siap membantu pemerintah apabila memang dibutuhkan karena menurutnya meskipun Partai Gerinda tidak berbung dalam pemerintahan, kepentingan rakyat tetap di atas segalanya.
“Kami, Gerindra, selalu mengutamakan kepentingan yang besar, kepentingan bangsa dan negara. Kita bertarung secara politik, begitu selesai, kepentingan nasional yg utama. Saya berpendapat, kita harus bersatu. Jadi saya sampaikan ke beliau, apabila kami diperlukan, kami siap untuk membantu, itu pun sudah saya sampaikan di MRT waktu itu. Kalau kami diperlukan, kami siap. Kami akan memberi gagasan yg optimis, kami yakin Indonesia (perekonomian) bisa tumbuh double digit dan Indonesia bisa bangkit cepat. Kami ingin membantu dan kami siap membantu kalau diperlukan. Kalau umpamanya kita tidak masuk kabinet, kami tetap akan loyal di luar sebagai... apa istilahnya, check and balance, sebagai penyeimbang, kan kita di Indonesia enggak ada oposisi ya, Pak,” jelas Prabowo.
Ia juga menegaskan bahwa selama ini tidak ada perselisihan antara dirinya dan Jokowi. Bahkan Prabowo berujar bahwa hubungan keduanya sangat hangat layaknya sebagai seorang sahabat.
“Tetap kita merah putih di atas segala hal, kita akan berperan. Saya kira demikian. Hubungan saya baik, bisa dikatakan mesra gitu Pak ya?,” tanyanya kepada Jokowi.
Kemudian Jokowi pun menjawab “mesra, sangat mesra,” tambah Jokowi.
Jokowi Pastikan Ada Masyarakat Papua dalam Kabinet Jilid 2
Menjelang pelantikan untuk menjabat kedua kalinya 20 Oktober nanti, Presiden Joko Widodo mulai memberikan bocoran tentang siapa saja menteri-menteri yang akan membantunya bekerja dalam lima tahun ke depan.
Dalam pertemuannya dengan sejumlah anak-anak sekolah dasar dari Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Asmat, Papua yang ia undang ke Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10) pagi Jokowi memastikan akan ada jatah kursi menteri dari masyarakat Papua.
“Saya pastikan ada. Saya pastikan ada,” ujar Jokowi.
Ditambahkannya, Jokowi enggan membuka ada berapa putera atau puteri Papua yang akan membantunya dalam jajaran menteri di kabinetnya nanti. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun mengatakan bahwa susunan menteri dalam kabinetnya sudah selesai dan akan segera diumumkan di hari pelantikan atau sesudah pelantikan.
“Mungkin bisa pada hari yang sama dengan pelantikan, mungkin sehari setelah pelantikan. InsyaAllah semua akan kita siapkan,” jelasnya.
Meskipun demikian ia tidak menutup kemungkinan bahwa formasi menterinya akan berubah.
Sehari sebelum bertemu Prabowo Subianto, Presiden Joko Widodo juga mengundang Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Kepresidenan. [gi/em]