Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, pada Senin (7/2), bertemu di Gedung Putih untuk membahas upaya untuk mencegah invasi Rusia ke Ukraina.
Pada awal pembicaraan mereka, Scholz, yang mulai menjabat di Berlin pada Desember lalu, dan Biden menekankan hubungan erat di antara kedua negara. Kedua negara mereka memiliki pendekatan berbeda dalam membantu Ukraina menanggapi krisis yang terjadi.
Sementara Amerika mengirim senjata untuk pemerintah di Kyiv, Jerman sendiri mengirim 5.000 topi baja militer yang diminta oleh Ukraina, mempertahankan kebijakannya untuk tidak mengirim persenjataan ke dalam zona konflik.
Meskipun demikian, Biden mengatakan, kedua negara bekerja sama secara erat guna mencegah Rusia melakukan agresi di Eropa.
“Kita adalah sekutu terdekat dan secara intensif bekerja sama. Dan ini perlu untuk melaksanakan langkah-langkah yang harus diambil, misalnya, melawan agresi Rusia terhadap Ukraina,” ujar Scholz.
Dalam sebuah wawancara dengan Washington Post menjelang pembicaraan dengan Biden, Scholz memberi jaminan kepada para sekutu NATO bahwa Jerman bertekad untuk mengkonfrontir Moskow, katanya seraya menambahkan bahwa “Jawaban kami akan bersifat kompak dan tegas” seandainya Rusia menyerang Ukraina.
Kedua negara anggota NATO itu mengungkapkan dukungan bagi peningkatan posisi pasukan NATO di wilayah bagian timur dari persekutuan tersebut, dimana AS memerintahkan pasukan tambahan untuk Polandia dan Rumania, sementara Scholz pada Minggu (6/2) mengatakan bahwa ia terbuka pada penguatan kelompok tempur yang dipimpin Jerman di Lithuania.
Potensi pertentangan lainnya adalah ketergantungan Jerman pada pasokan energi Rusia dan proyek jaringan pipa Nord Stream 2 yang dirancang untuk mengalirkan gas alam Rusia ke Jerman. Jaringan ini sudah selesai dibangun namun belum beroperasi, dan AS mengatakan jaringan itu tidak akan dibuka jika Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Scholz memberitahu stasiun televisi Jerman ARD sebelum lawatannya ke Washington mengenai jaringan pipa tersebut bahwa pihaknya “sudah mempertimbangkan semua langkah, dan tidak ada opsi yang dikesampingkan.”
Selain konflik Rusia-Ukraina, Biden mengatakan kedua pemimpin itu akan membahas tantangan yang ditimbulkan oleh China, stabilitas hak memilih di wilayah Balkan barat, pandemi virus corona, perubahan iklim, serta isu-isu lainnya. [jm/my]