Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang masa jabatannya akan segera berakhir pada Januari mendatang, pada Kamis (12/12) mengatakan bahwa ia telah memberikan keringanan hukuman pada hampir 1.500 orang dan mengampuni 39 orang lainnya, dalam apa yang disebut Gedung Putih sebagai tindakan grasi satu hari yang terbesar dalam sejarah AS.
Langkah tersebut dilakukan lebih dari satu pekan setelah Biden yang berusia 82 tahun mengampuni putranya yang memiliki masalah hukum, Hunter, sesuatu yang sebelumnya telah ia janjikan tidak akan ia lakukan. Keputusan tersebut telah memicu kemarahan dari kedua kubu yang berseberangan dalam politik.
"Amerika dibangun atas janji harapan dan kesempatan kedua," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan tindakan tersebut.
"Sebagai Presiden, saya memiliki hak istimewa yang besar untuk memberikan belas kasihan kepada orang-orang yang telah menunjukkan penyesalan dan rehabilitasi," tambahnya.
Biden, presiden dari Partai Demokrat -- yang akan menyerahkan kekuasaan kepada Donald Trump dari Partai Republik pada 20 Januari -- mengikuti jejak banyak presiden yang dalam akhir masa jabatannya mengeluarkan serangkaian tindakan pengampunan di hari-hari terakhir mereka berada di Ruang Oval.
Sebanyak 1.499 tahanan-- " jumlah terbanyak dalam satu hari" -- yang mendapat keringana hukuman diringankan, dijatuhi hukuman tahanan rumah selama pandemi COVID-19, kata Gedung Putih.
Biden mengatakan mereka semua telah "berhasil berintegrasi kembali ke dalam keluarga dan komunitas mereka dan telah menunjukkan bahwa mereka layak mendapatkan kesempatan kedua."
Sementara untuk 39 pengampunan yang diberikan, Gedung Putih menyebutnya sebagai "pelanggaran tanpa kekerasan" atau "pelanggaran narkoba tanpa kekerasan."
Mereka yang mendapatkan keringanan hukuman dari presiden pada Kamis termasuk seorang "veteran militer dan pilot yang terhormat, yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membantu sesama anggota gereja."
Seorang perawat "yang telah memimpin tanggap darurat untuk beberapa bencana alam" dan seorang konselor adiksi "yang menyumbangkan waktunya", juga termasuk yang mendapat bantuan hukum.
"Saya akan mengambil lebih banyak langkah dalam beberapa pekan ke depan," kata Biden.
Pembalasan
Namun, Biden telah memicu kemarahan di antara para pesaingnya di Partai Republik dan sekutu dari Partai Demokrat lewat pengampunan yang ia berikan kepada putranya Hunter, 54, pada 1 Desember.
Hunter Biden mengaku bersalah dalam persidangan penggelapan pajak pada September dan menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 17 tahun, dan secara terpisah telah dihukum atas tuduhan pelanggaran senjata federal, di mana dia menghadapi ancaman hukuman penjara 25 tahun.
Ketika mengampuninya, Biden mengatakan bahwa Hunter "diasingkan" karena nama belakangnya dan bahwa "politik kasar" telah menginfeksi proses peradilan -- merujuk kepada para musuh-musuhnya di Partai Republik.
Sementara itu, Biden dilaporkan telah mempertimbangkan apakah akan mengeluarkan pengampunan menyeluruh untuk beberapa sekutu dan mantan pejabat, di tengah kekhawatiran bahwa mereka bisa menjadi sasaran apa yang sebelumnya Trump sebut sebagai "pembalasan."
"Saya tidak akan membahas pemikiran Presiden," kata Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pengarahan ketika ditanya tentang kemungkinan pengampunan yang sifatnya berjaga-jaga tersebut.
"Dia akan berdiskusi dengan timnya, dia akan meninjau petisi pengampunan, dia akan meninjau pilihan yang ada, itulah akhir dari penjelasan saya" katanya.
Juru bicara itu juga menolak mengomentari seruan pengampunan bagi orang-orang yang dijatuhi hukuman mati di tingkat federal di AS.
Pengampunan kontroversial Biden terhadap putranya mengikuti jejak para pendahulunya, yang juga memberikan penangguhan hukuman kepada keluarga dan sekutu yang memiliki hubungan baik saat mereka akan pensiun.
Bill Clinton, misalnya, memberikan pengampunan pada hari terakhirnya menjabat kepada saudara tirinya Roger, yang telah menjalani hukuman penjara atas tuduhan narkoba.
Trump mengampuni ayah dari menantunya yang kaya, Charles Kushner -- yang sekarang ia calonkan sebagai duta besar AS untuk Prancis.
Sementara itu, Trump telah berjanji untuk mengampuni setidaknya sebagian, jika tidak semua, perusuh yang dipenjara karena menyerbu Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, sebagai protes atas kekalahannya dari Biden dalam pemilihan umum 2020.
Dalam wawancara dengan majalah Time yang menandai kedua kalinya ia menerima penghargaan "Tokoh Tahun Ini", Trump mengatakan ia akan mulai mengurusi pengampunan tersebut "pada jam pertama saya menjabat."
"Sebagian besar dari mereka seharusnya tidak dipenjara, dan mereka telah sangat menderita," katanya, sambil menambahkan bahwa ia akan memeriksa setiap kasus secara individual. [my/ns]
Forum