Ketidakhadiran Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin secara langsung dalam pertemuan-pertemuan itu, membuka kesempatan bagi Presiden Amerika Joe Biden.
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan, “Amerika dan Eropa akan menghadiri pertemuan itu. Mereka akan bersinergi dan bersatu di G20 dan COP26 untuk mendorong agenda.”
Tetapi hal ini tidak akan mudah. Biden harus memulihkan kredibilitas Amerika pasca penarikan mundur pasukan Amerika dari Afghanistan yang kacau, dan perselisihan dengan Prancis terkait perjanjian AUKUS yang membatalkan perjanjian kontrak kapal selam Prancis dengan Australia.
Direktur Program Amerika & Negara-Negara di Benua Amerika di Chatham House, Leslie Vinjamuri mengatakan, “Ini tentang membangun kembali kemitraan trans-Atlantik setelah masa sangat sulit pada bulan Agustus lalu, dengan penarikan mundur dan keluarnya Amerika dari Afghanistan – dan reaksi Eropa atas hal itu. Tetapi ini juga soal isu-isu konkrit. Jadi isu iklim, perjanjian pajak perusahaan minimal global dan restrukturisasi utang menjadi sangat penting.”
Biden akan menekankan janjinya untuk memangkas emisi gas rumah kaca hingga sekitar 50% di bawah tingkat tahun 2005, selambat-lambatnya pada tahun 2030. Tetapi kepemimpinan Amerika dalam isu ini juga tergantung pada agenda iklim Biden di dalam negeri, yaitu pada RUU anggaran yang terkait dengan rencana infrastruktur dan jaminan sosial, yang saat ini sedang dirundingkan di Kongres.
Wakil Presiden Untuk Isu Ekonomi di CSIS Matthew Goodman mengatakan, “Sayangnya presiden tidak berada dalam posisi kuat yang sama ketika ia sedianya dapat mendorong negara-negara lain untuk menyampaikan komitmen lebih jauh, yang lebih ambisius, tentang iklim.”
Penghapusan penggunaan batubara secara bertahap merupakan perdebatan utama, sebagaimana janji negara-negara kaya untuk menyediakan 100 juta dolar per tahun dalam pembiayaan iklim guna membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Wakil Menteri Bidang Ekologi & Lingkungan Hidup China, Ye Min, mengatakan, “Dalam konteks penerapan Perjanjian Paris secara resmi, isu-isu ini secara politik akan mempengaruhi rasa saling percaya dan kemampuan negara-negara berkembang untuk mengambil tindakan terkait iklim.”
Dalam isu pandemi, organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan negara-negara kaya gagal memenuhi janji yang dibuat dalam KTT G20 tahun lalu untuk memastikan akses vaksin global, alih-alih menimbun jutaan dosis demi penduduk mereka sendiri.
Kepala Advokasi Kawasan di Medecins Sans Frontieres Access Campaign, Nathalie Ernoult, mengatakan, “Apa yang ingin kami lihat adalah adalah mereka mengatur dengan jelas, jadwal untuk memberikan dosis vaksin Covid-19 pada COVAX untuk negara-negara lain secara transparan, dengan jadwal yang sangat jelas.”
Biden, seorang Katholik yang taat, akan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada hari Jumat (29/10), sebelum mengikuti KTT G20 dan COP26. [em/ka]