Joe Biden berulang tahun ke-81, pada Senin (20/11), bertepatan dengan pelaksanaan tradisi “pengampunan” kalkun Thanksgiving di Gedung Putih. Tapi jangan berharap ia mengungkit-ungkit ulang tahunnya di tengah kekhawatiran pemilih soal usia tuanya.
Ulang tahun Biden akan berubah menjadi sebuah sorotan yang tidak menyenangkan, mengingat sang presiden dari Partai Demokrat adalah presiden tertua dalam sejarah Amerika – dan apabila ia memenangkan pilpres 2024 nanti, maka ia akan berusia 86 tahun ketika meninggalkan Gedung Putih.
Biden kadang bercanda soal usianya dan para pembantunya kemudian menunjukkan jadwalnya yang padat, yang bisa membuat orang-orang yang jauh lebih muda darinya tercengang. Akan tetapi, survei demi survei menunjukkan bahwa usia sang presidenlah yang menjadi kekhawatiran utama para pemilih Amerika.
Kekhawatiran itu semakin diperkuat oleh serangkaian insiden tersandung dan terpeleset, dari kehilangan keseimbangan di tangga pesawat Air Force One hingga jawaban yang kurang jelas saat konferensi pers.
Terlepas dari serangkaian kejanggalan yang juga ia tunjukkan, mantan Presiden AS Donald Trump, yang kemungkinan akan dihadapi Biden dalam pilpres 2024, belum membuat pemilih khawatir, meski usianya juga sudah 77 tahun.
Biden “tidak banyak melakukan kesalahan,” namun sedang berjuang mengubah persepsi mengenai usianya – serta masalah lain seperti ekonomi – kata David Karol, dosen pemerintahan dan politik di Universitas Maryland.
“Dia masih tajam, tapi orang-orang lah yang punya persepsi ini,” kata Karol kepada AFP.
Kompetensi
Biden semakin meremehkan usianya dalam upaya mengalihkan atau meredakan kekhawatiran masyarakat.
Dalam kunjungannya untuk menemui serikat pekerja di Illinois, ia bercanda bahwa “Saya tahu saya hanya terlihat seperti berusia 30 tahun, namun saya sudah hidup cukup lama” – dan ketika seorang wartawan tersandung di area media, Biden mengatakan, “Saya hanya ingin pers tahu itu tadi bukan saya (yang tersandung).”
Pada kesempatan lain, Biden telah menggunakan usianya untuk menggambarkan dirinya sebagai seorang politisi yang aman, dengan mengatakan bahwa semakin tua, ia semakin bijaksana.
Akan tetapi, jika terpilih kembali, ia akan meninggalkan Gedung Putih sembilan tahun lebih tua dari Ronald Reagan, pemegang rekor presiden tertua saat mengakhiri masa bakti sebagai presiden pada usia 77 tahun.
Gedung Putih sendiri tampak mengabaikan jajak pendapat, mengingat serangkaian keberhasilan yang diraih Partai Demokrat dalam pemilu belum lama ini.
Namun hasil jajak pendapat memberikan gambaran yang suram bagi partai tersebut. Tujuh puluh empat persen masyarakat mengatakan Biden akan terlalu tua untuk menjabat periode kedua, dibandingkan 50% yang mengatakan hal serupa bagi Trump, menurut jajak pendapat ABC/Washington Post baru-baru ini.
Sementara survei Yahoo/YouGov menunjukkan bahwa 54% warga AS mengatakan Biden tidak lagi memiliki “kompetensi untuk menjalankan pekerjaan sebagai seorang presiden,” naik dari 41% sebelum pemilu 2020.
Beberapa pengamat mengatakan usia Biden seharusnya tidak jadi masalah.
Masalah itu pada umumnya telah “dipersenjatai” secara tidak adil dalam politik AS, kata S. Jay Olshansky, peneliti usia panjang di University of Illinois at Chicago.
“Penuaan tidak seperti dulu lagi,” kata Olshansky kepada AFP.
“Ada sebagian besar masyarakat yang mampu bertahan hingga dekade kedelapan dan mampu menjadi presiden atau melakukan apa pun yang mereka suka.”
‘Orang-orang tua super’
Biden, maupun Trump dalam hal ini, kemungkinan sama-sama “orang-orang tua super,” sebuah istilah yang diciptakan oleh para peneliti untuk menggambarkan sekelompok kecil orang yang tetap mampu berpikir maksimal hingga usia lanjut, kata Olshansky.
Penelitiannya juga menemukan bahwa bagi para presiden AS, “waktu biologis tampaknya berjalan lebih lambat” dibandingkan bagi orang lain, karena mereka tampaknya mampu mengatasi tekanan pekerjaan.
Meski begitu, tim kampanye Biden menyoroti apa yang disebutnya sebagai kesalahan Trump.
Trump memperingatkan dalam pidatonya pada bulan September, misalnya, bahwa AS berada di ambang “Perang Dunia II,” alih-alih Perang Dunia III, dan belum lama ini ia juga mengatakan bahwa Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban adalah pemimpin Turki.
Namun demikian, usia Biden pasti akan mendapat sorotan lebih dalam selama kampanye pemilu.
Partai Republik telah mengarahkan serangan mereka pada orang yang tinggal selangkah lagi dari kursi kepresidenan, apabila hal terburuk terjadi pada Biden: Wakil Presiden Kamala Harris.
Harris merintis jejaknya sebagai perempuan pertama, berkulit hitam dan keturunan Asia Selatan, yang memegang jabatan wakil presiden, namun tingkat kepuasan publik atas kinerjanya sama buruknya dengan bosnya sendiri, yaitu di bawah 40%. [rd/rs]
Forum