Pennsylvania adalah negara bagian besar yang terpecah secara politik dan dapat memihak kepada siapa pun dalam pemilu kali ini. Profesor Michael Sances dari Departemen Ilmu Politik, Temple University, mengatkan.
“Pennsylvania memilih Donald Trump pada tahun 2016, lalu memilih Joe Biden pada tahun 2020. Pada kedua pemilu presiden itu, selisih suara antara 40 – 80 ribu di negara bagian berpenduduk hampir 13 juta jiwa. Jadi kami benar-benar terpecah.”
Sances mengatakan isu yang menjadi keprihatinan utama pemilih di Pennsylvania adalah soal ekonomi dan imigrasi.
“Ada banyak pembicaraan di antara orang-orang Biden untuk mencoba menyoroti hal-hal positif dalam perekonomian. Hal itu tampaknya masih belum benar-benar dipahami oleh masyarakat umum. Jadi mereka masih sangat khawatir tentang ekonomi. Orang-orang mengkhawatirkan imigrasi dan perbatasan selatan, meskipun Pennsylvania sama sekali tidak berada di dekat perbatasan selatan."
Saat berkampanye di Pennsylvania, mantan Presiden Donald Trump juga menyerang kebijakan Biden di perbatasan dan prakarsa energi bersih.
"Memikirkan apa yang harus kita lalui dan kita tanggung dalam isu perbatasan, tanpa kemandirian energi, dengan semua mobil listrik. Apakah semua orang ingin membeli mobil listrik selama sisa hidup Anda?," tanya Trump.
Mobil listrik dan barang-barang impor dari China adalah dua isu sensitif di negara bagian di mana pemilihnya sangat terorganisir dan aktif secara politik itu.
Biden, yang bulan ini melipatgandakan bea masuk untuk kendaraan listrik China, mengatakan persaingan yang tidak sehat telah menipu para pekerja AS.
“Saya bertekad agar kendaraan listrik masa depan dibuat di Amerika oleh serikat pekerja kita. Titik,” tandas Biden.
Sementara saat berbicara di Pennsylvania, Trump mengatakan kepada para pemilik senjata api di sana bahwa Biden tidak memiliki kualitas mental dan moral untuk menjabat selama empat tahun lagi.
“Joe Biden adalah yang terburuk, paling tidak kompeten, dan paling korup dalam sejarah negara kita,” sindir Trump.
Biden dibesarkan di Scranton, Pennsylvania, dan berkampanye berdasarkan akar kelas pekerja setempat. Dia menggambarkan Trump sebagai seseorang yang menurutnya, "tunduk pada para miliarder."
"Kita semua mengenal orang-orang seperti itu saat tumbuh dewasa... Visi saya tentang Amerika adalah salah satu harapan dan peluang usaha di Scranton, bagi kelas pekerja Amerika seperti Anda."
Pasangan Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, berkampanye di Pennsylvania pekan ini, lawatan keempatnya dalam setahun terakhir ini.
"Kami percaya pada janji Amerika, janji kebebasan, kesetaraan, kesempatan, dan keadilan, tidak hanya untuk sebagian orang tetapi untuk semua orang," kata Kamala.
Ia menambahkan, para pemilih di Pennsylvania seharusnya tidak terkecoh oleh Trump dan mitra-mitranya.
“Saat ini para ekstremis berupaya memecah belah negara kita. Kita lihat bagaimana mereka mengobarkan xenofobia dan kebencian.”
Sebelumnya, Trump mengatakan kepada warga Pennsylvania bahwa ia akan merebut kembali posisi di Gedung Putih.”
“Kita akan memulihkan kekuatan Amerika di dalam negeri. Empat tahun lalu kita dihormati di seluruh dunia. Kini, kita dianggap sebagai lelucon. (Tapi) hal ini tidak akan berlangsung dalam waktu lama.
Jajak pendapat politik yang dilakukan The Philadeplhia Inquirer bulan ini menunjukkan Biden dan Trump secara statistik memiliki suara yang sama kuatnya di Pennsylvania, meskipun dukungan dari pemilih muda dan bukan warga kulit putih lebih rendah dibandingkan dengan empat tahun lalu. Kedua kelompok ini sangat penting bagi Biden untuk memenangkan negara bagian itu tahun 2020. [em/lt]
Forum