Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Senin (28/3), mengatakan ia tidak akan “meminta maaf” atas komentarnya baru-baru ini yang menyatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “tidak bisa tetap berkuasa,” dan menekankan bahwa pernyataannya tersebut merupakan "ungkapan kemarahan” dan tidak menyerukan perubahan rezim di Moskow.
“Orang-orang seperti ini tidak seharusnya berkuasa, tetapi kenyataannya begitu. Dan meskipun ada fakta itu tidak berarti saya tidak bisa mengungkapkan kemarahan saya tentang hal tersebut,” demikian kata Biden kepada reporter di Gedung Putih pada Senin (28/3).
“Saya bukan menguraikan sebuah perubahan kebijakan,” katanya.
Komentar Biden yang tidak berasal dari skrip pidato, melainkan spontan langsung dari dirinya, dilontarkan ketika ia berbicara dengan pengungsi dan relawan internasional di Polandia pada Sabtu (26/3). Komentar tersebut langsung memicu kontroversi di AS dan mengejutkan beberapa kalangan sekutu AS di Eropa Barat.
“Saya tidak mau terlibat dalam perang di daratan atau perang nuklir dengan Rusia,” kata Biden, dan dia juga menampik gagasan bahwa komentarnya bisa menyebabkan eskalasi ketegangan seputar perang di Ukraina.
Sementara itu pasukan Rusia telah menghentikan serangan di darat terhadap ibu kota Ukraina, Kyiv, dan tampaknya mereka kini memfokuskan serangan pada kawasan di Ukraina timur, demikian menurut pejabat senior dari Departemen Luar Negeri Amerika.
"Jelas mereka tidak bergerak ke arah Kyiv lagi,” demikian kata pejabat itu, yang memberi penjelasan tanpa mau disebutkan namanya pada Senin (28/3). “Yang kita saksikan saat ini adalah (mereka) kembali fokus (untuk menguasai) Donbas.”
Pengalihan militer Moskow yang terbaru ini tampaknya merupakan usaha untuk memotong akses militer Ukraina ke wilayah timur, demikian kata pejabat itu, dan menambahkan “langkah itu bisa merupakan usaha Rusia untuk memperoleh kekuatan dalam tawar-menawar nantinya dalam pembicaraan perdamaian dengan wakil-wakil Ukraina dalam usaha mengakhiri perang.” [jm/my]